100 Nelayan Agam Terima Bantuan Mesin Motor

id Nelayan

100 Nelayan Agam Terima Bantuan Mesin Motor

Nelayan pulang melaut (ilustrasi). ()

Lubukbasung, (Antara Sumbar) - Sebanyak 100 nelayan di Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, segera menerima bantuan paket mesin motor tempel bahan bakar gas (BBG) tiga kilogram dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2017.

"Bantuan ini untuk nelayan yang memiliki perahu motor dengan ukuran lima Gross Tonage (GT) yang tersebar di Kecamatan Tanjung Mutiara," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubukbasung, Sabtu.

Saat ini, tambahnya, Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam sedang melakukan verifikasi ke lapangan untuk menentukan nelayan yang akan mendapatkan bantuan itu.

Setelah itu, data tersebut akan dikirim ke Kementrian Energi dan Sumber Daya Miniral.

"Bantuan ini akan diserahkan menjelang akhir tahun," katanya.

Menurut dia, program ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam diversifikasi BBM ke BBG dan untuk meningkatkan ketahananan energi dan perekonomian masyarakat nelayan serta menekan subsidi BBM.

Ini sesuai dari kebijakan pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kala yang diperkuat dengan Perpres Nomor 126 tahun 2015, tentang konversi bahan bakar minyak ke gas, sekaligus penggunaan tabung LPG tiga kilogram untuk bahan bakar perahu nelayan.

"LPG tiga kilogram sangat irit dibandingkan dengan BBM dan LPG ini tersedia di pasaran. Saat ini harga LPG tiga kilogram Rp20.000 per tabung dan bisa untuk dua hari melaut. Sementara satu kali melaut membutuhkan premium sekitar 10 liter," katanya.

Ia menambahkan, jumlah nelayan yang memiliki perahu motor dengan ukuran lima Gross Tonage (GT) sebanyak 300 orang.

Kedepan, pihaknya menargetkan seluruh nelayan mengunakan mesin motor tempel bahan bakar gas (BBG).

"Ini target kita sehingga nelayan tidak kesulitan lagi untuk mendapatkan BBM jenis solar dan premium," katanya.

Salah seorang nelayan Tanjung Mutiara, Adang (46), mendukung konversi BBM ke BBG karena harga premium terlalu mahal dan susah di dapat.

"Ini kendala kami selama ini, sehingga ada sebagian nelayan memilih untuk tidak melaut," katanya. (*)