TMSB Kinantan Bukittinggi Sambut Kelahiran Harimau Sumatera

id Harimau Sumatera

TMSB Kinantan Bukittinggi Sambut Kelahiran Harimau Sumatera

Harimau Sumatera. (ilustrasi)

Para pengelola dan pengurus Taman Marga Satwa dan Budaya (TMSB) Kinantan Bukitinggi, Sumatera Barat tengah berbahagia dengan kelahiran tiga ekor anak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).

Dengan kelahiran tersebut menambah jumlah koleksi satwa di kebun binatang tersebut sekaligus daya tariknya bagi pengunjung, termasuk kalangan wisatawan.

"Kami mendapat laporan dari petugas penjaga satwa di kebun binatang ini bahwa ada kelahiran anak harimau sumatera pada Selasa (2/5) diperkirakan pada waktu subuh," kata Kepala Bidang TMSB Kinantan Bukittinggi, Ikbal.

Kelahiran satwa dilindungi itu berasal dari seekor induk bernama Dara Jingga dan pejantan bernama Bancah yang telah lama jadi koleksi TMSB Kinantan.

Kehamilan Dara Jingga sebelumnya telah diketahui pihak pengelola TMSB Kinantan sejak tiga bulan yang lalu dan sudah diperkirakan akan beranak pada Mei 2017.

"Perkiraan kami dengan masa kehamilan 90 sampai 100 hari satwa itu akan melahirkan pada pertengahan Mei 2017 namun ternyata lebih cepat," katanya.

Untuk menjaga kenyamanan satwa yang baru melahirkan itu beserta tiga anaknya yang masih bayi, maka pada Selasa (2/5) siang untuk sementara waktu petugas TMSBK membatasi pengunjung yang lewat di depan kandang Dara Jingga agar tidak terganggu.

"Perawatan bagi anak-anak satwa yang baru lahir akan dilakukan sealami mungkin. Anak-anak satwa itu akan sepenuhnya berada bersama induknya," tambahnya.

Sebelumnya pada November 2016, juga terjadi kelahiran tiga ekor harimau sumatera di kebun binatang tersebut dari induk betina bernama Sean dengan pejantan yang sama yakni Bancah.

"Adanya kelahiran ini merupakan bentuk tugas dari lembaga konservasi untuk menjaga, merawat dan mengembangbiakkan hewan apalagi harimau sumatera adalah satwa yang dilindungi dan hampir punah," ujarnya.

Selain itu, bertambahnya harimau sumatera membuat koleksi binatang ini menjadi beberapa ekor di TMSB Kinantan sehingga telah bisa pula dihibahkan ke kebun binatang lainnya. Sebelumnya koleksi satwa di kebun binatang itu pada saat ini berjumlah 570 ekor.

Terkait hibah itu pihak TMSBK berencana menghibahkan koleksinya berupa sepasang harimau sumatera kepada kebun binatang Bali Zoo di Gianyar, Bali.

Menurut Kepala Bidang TMSB Kinantan Bukittinggi Ikbal hibah ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama kedua pengelola kebun binatang yang telah disepakati sejak Oktober 2016.

Sebelumnya, justru pihak Bali Zoo yang telah menghibahkan beberapa satwa koleksinya untuk TMSB Kinantan Bukitinggi, masing-masing satwa Singa Afrika (Panthera leo) terdiri atas dua ekor betina dan satu ekor jantan.

Selain itu, sepasang Burung Bayan (Eclectus roratus polychorus) dan sepasang Kanguru Tanah (Thylogale brunnii).

Hibah tersebut telah diterima pihak TMSB Kinantan untuk Singa Afrika pada Sabtu (15/4) pukul 04.00 WIB yang dikirimkan melalui jalur darat menggunakan truk, sedangkan Burung Bayan diterima pada Selasa (11/4) dan Kanguru Tanah pada Senin (10/4) menggunakan jalur udara.

"Saling hibah oleh kedua pihak kebun binatang ini juga sebagai upaya meningkatkan fungsi konservasi," ujarnya.

Dalam konservasi, katanya, di samping berperan melindungi, memelihara, dan mengembangbiakkan satwa, juga sebagai sarana edukasi kepada masyarakat.

Ia mengemukakan di Bali Zoo tidak banyak satwa dari Sumatera. Begitu pula di TMSB Kinantan minim satwa asal kawasan timur dan hewan dari luar, seperti Singa Afrika, Burung Bayan, dan Kanguru Tanah.

Dengan kerja sama hibah tersebut, satwa-satwa dari Timur itu bisa menambah koleksi TMSB Kinantan.

Hibah satwa diharapkan pihak TMSB Kinantan menjadi sarana pendidikan dan penelitian serta menambah daya tarik kedua pihak dari segi rekreasi.

Pihaknya menjelaskan bahwa proses hibah belum dapat dipastikan pelaksanaannya karena harus mempersiapkan perizinan terlebih dahulu.

Harimau Sumatera jenis betina yang akan dihibahkan TMSB Kinantan ternyata baru melahirkan tiga ekor anak pada November tahun lalu, sedangkan permintaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar anak harimau itu sebaiknya tidak dipisah dulu dari induknya.

"Akan tetapi hal ini belum dapat dipastikan (waktu pengiriman, red). Kami masih lihat kondisi dahulu mengingat saat ini anak harimau itu sudah cukup besar dengan umur lima bulan," ujarnya.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat Toto Indrawanto mengatakan pihaknya telah mengajukan surat terkait dengan perizinan hibah Harimau Sumatera kepada pihak Bali Zoo.

"Proses perizinan pemindahan satwa biasanya memakan waktu lama dan kami baru saja mengirimkan surat perizinan pada pihak kementerian. Semoga dapat lebih cepat diproses," ucapnya menambahkan.

TMSB Kinantan

Situs Wikipedia menyebutkan TMSB Kinantan atau lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Bukittinggi adalah salah satu kebun binatang di Pulau Sumatera.

Kebun binatang ini terletak di atas Bukit Cubadak Bungkuak Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat.

TMSB Kinantan adalah salah satu kebun binatang tertua di Indonesia, dan satu-satunya di Provinsi Sumatera Barat, dengan koleksi hewan yang cukup lengkap di Pulau Sumatera.

Kebun binatang ini dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1900-an, dengan nama Stormpark (Kebun Bunga).

Pembangunan kebun binatang ini dirancang oleh Gravenzande, Controleur Belanda yang bertugas di Kota Bukittinggi pada waktu itu.

Pada awal pembangunannya, TMSB Kinantan hanya berupa taman yang belum mempunyai koleksi binatang, kemudian beberapa koleksi hewan mulai dimasukkan kedalam taman tersebut, dan barulah tahun 1929 tepatnya pada tanggal 3 Juli taman ini dijadikan kebun binatang dengan nama Fort De Kocksche Dieren Park atau Kebun Binatang Bukittinggi oleh Dr. J. Hock.

Pada tahun 1935, di area TMSB Kinantan dibangun Rumah Adat Baanjuang (Rumah gadang/Rumah Adat Minangkabau) bergonjong gajah maharam, yang mempunyai sembilan ruang dengan anjungannya di bagian kanan dan kiri.

Selanjutnya terjadi perubahan nama dari Fort De Kocksche Dieren Park menjadi Taman Puti Bungsu. Dan pada tahun 1995 melalui Peraturan Daerah No.2 Tahun 1995 juga terjadi perubahan nama dari Taman Puti Bungsu menjadi Taman Marga Satwa dan Budaya (TMSB) Kinantan.

Kebun binatang ini juga menjadi objek wisata andalan di kota Bukittinggi dihubungkan oleh Jembatan Wisata "Limpapeh" dengan objek wisata benteng Fort de Kock.

Letaknya yang tidak jauh dari pusat kota, membuat kebun binatang ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong yang mengunjungi kota wisata Bukittinggi.

Dengan terus bertambahnya koleksi satwa di TMSB,Kinantan, seperti dari kelahiran kembali harimau sumatera, selain menambah daya tarik bagi pengunjung juga sekaligus menunjukkan fungsi konservasi demi menjaga satwa dilindungi itu dari ancaman kepunahan. (*)