BI : Sumbar Deflasi 0,30 Persen Jelang Ramadhan

id Bank Indonesia, Deflasi, Sumbar

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) mencatat provinsi itu mengalami deflasi 0,30 persen pada April 2017 atau satu bulan jelang masuknya Ramadhan 1438 Hijriah.

"Berlimpahnya pasokan bahan pangan menjadi pemicu terjadinya deflasi pada April 2017," kata Kepala perwakilan BI Sumbar, Puji Atmoko di Padang, Rabu.

Menurut dia hal itu berlawanan dengan kondisi Nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,09 persen dan secara tahun berjalan, dari Januari ke April 2017, laju inflasi Sumbar 0,07 persen atau berada di bawah laju inflasi Nasional sebesar 1,28 persen.

Ia menyampaikan laju deflasi bulanan Sumbar pada April 2017 merupakan yang terdalam ke-5 dari 13 provinsi yang mengalami deflasi.

Secara spasial bulanan, pergerakan harga Sumbar disumbang oleh Kota Padang dan Bukittinggi yang masing-masing tercatat deflasi 0,31 persen dan 0,18 persen, kata dia.

Kondisi tersebut menjadikan Kota Padang sebagai kota dengan deflasi terdalam ke-9 dan Bukittinggi sebagai kota dengan deflasi terdalam ke-16 dari 29 kota yang mengalami deflasi di seluruh Indonesia.

Ia menjelaskan deflasi pada kelompok bahan pangan bergejolak menjadi pendukung deflasi bulanan Sumbar. Pergerakan harga bulanan pada April 2017 tercatat deflasi sebesar 2,58 persen lebih dalam dari deflasi Maret 2017 sebesar 0,05 persen.

Deflasi kelompok bahan pangan bergejolak disumbang oleh turunnya harga cabai merah, daging ayam ras dan bawang merah, katanya.

Ia menilai penurunan harga komoditas tersebut khususnya cabai merah sebagai akibat melimpahnya pasokan di pasar baik yang berasal dari cabai lokal maupun cabai Jawa.

Penurunan harga kelompok pangan bergejolak sedikit tertahan dengan kenaikan harga petai dan jengkol yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,03 persen, kata dia.

Sementara pada kelompok barang yang diatur pemerintah terjadi inflasi pada April 2017 sebesar 1,25 persen dari sebelumnya deflasi 0,04 persen pada Maret 2017.

Kenaikan harga pada kelompok ini disumbang oleh Tarif Tenaga Listrik dengan andil 0,26 persen seiring dengan pencabutan subsidi lanjutan golongan rumah tangga mampu berdaya 900 VA.

Angkutan udara turut memberikan andil inflasi sebesar 0,03 persen seiring banyaknya periode padat penumpang pada bulan April 2017, ujar dia.

Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bensin yang memberi andil inflasi sebesar 0,01 persen seiring dengan penyesuaian harga Bahan Bakar Khusus (BBK) yaitu Pertamax dan Dexlite.

Pada kelompok inti terjadi peningkatan harga di April 2017 sebesar 0,15 persen , dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan Maret 2017 yang mencapai 0,08 persen, lanjut dia.

Ia mengatakan peningkatan harga kelompok inflasi inti ini disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan dan tarif pulsa ponsel yang memberi andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,02 persen seiring dengan kenaikan harga emas global dan penyesuaian tarif panggilan per menit oleh penyedia telekomunikasi.

BI memperkirakan tekanan inflasi ke depan cukup rendah sumber tekanan inflasi utama berasal dari kelompok barang yang diatur pemerintah, khususnya Tarif Tenaga Listrik karena pencabutan subsidi lanjutan untuk golongan rumah tangga mampu dengan daya 900 VA pada bulan Mei 2017.

Sementara itu, pasokan bahan pangan diperkirakan relatif terjaga seiring dengan prakiraan cuaca BMKG pada bulan Mei 2017 yang menunjukkan curah hujan pada level menengah di wilayah Sumatera Barat dan menengah ke rendah di wilayah Jawa.

Sementara Badan Pusat Statistik Sumatera Barat mencatat kota Padang mengalami deflasi 0,03 persen pada April 2017 disebabkan penurunan harga pada kelompok bahan makanan biaya pendidikan.

"Deflasi disebabkan oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan yaitu cabai merah ayam ras serta peralatan pendidikan berupa buku tulis dan pensil," kata Kepala BPS Sumbar, Sukardi.

Ia menyebutkan di Padang pada April 2017 komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain cabai merah, daging ayam ras, kangkung, bayam, telur ayam ras, bawang merah, buncis, cabai rawit, cabai hijau dan lainnya. (*)