Dewan Pers: Hoaks Dipicu Ketidakpercayaan pada Media

id Dewan Pers, Hoaks

Padang, (Antara Sumbar) - Anggota Dewan Pers Jimmy Silalahi mengemukakan maraknya informasi hoaks pada awalnya dipicu oleh ketidakpercayaan publik pada media arus utama sehingga muncul media alternatif yang malah menjadi sarang informasi palsu.

"Berita hoaks muncul saat pemilu dan pilkada ketika itu sejumlah pemilik media yang membuat partai sehingga masyarakat jadi tidak percaya kepada media arus utama," katanya di Padang, Rabu.

Ia menyampaikan hal itu pada kegiatan workshop bertema "Literasi Media Sebagai Upaya Cegah Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat" diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Barat.

Jimmy mengatakan media arus utama partisan tersebut telah melepaskan diri dari independensi sehingga mendorong lahirnya media alternatif.

"Akibat ketidakpercayaan kepada media arus utama orang kemudian beralih ke media sosial walaupun di dalamnya rawan berita hoaks," kata dia.

Lebih lanjut media sosial telah menyebabkan orang menjadi bertikai karena perbedaan pilihan dalam politik akhirnya bermusuhan dan saling menjelekkan.

"Media sosial biasanya akan panas saat ada pemilu atau pilkada di daerah," ujarnya.

Ia memberi contoh salah satu berita hoaks adalah beredar foto aparat keamanan sedang melakukan simulasi pengamanan di DPR, namun pada keterangan informasi ditulis aparat hendak menembaki rakyat menggunakan senjata.

"Bahkan yang lebih ekstrem ada seorang gelandangan yang nyaris tewas dihakimi massa karena saat itu sedang marak isu penculikan anak padahal yang bersangkutan tidak bersalah," katanya.

Namun ia juga menyayangkan ada media arus utama terkadang menjadikan media sosial sebagai sumber berita jika sudah kehabisan ide.

"Diambil dari media sosial kemudian tanpa verifikasi akhirnya media arus utama ikut menyebarkan hoaks," kata dia.

Ia menceritakan Ahmad Dhani saat pilpres pernah mengatakan akan memotong kemaluan lewat media sosial namun setelah dilakukan digital forensik, ternyata itu adalah akun palsu dan lebih parah pernyataan tersebut malah dikutip 17 media daring besar.

Jimmy mengajak masyarakat untuk tahap awal lebih percaya kepada media arus utama sembari tetap melakukan konfirmasi kebenaran berita yang disiarkan.

Sementara Ketua PWI Sumbar Heranof mengatakan saat ini dengan kehadiran gawai informasi yang baik, buruk, benar dan salah bercampur menjadi satu sehingga sulit dibedakan.

"Oleh sebab itu masyarakat harus bisa membedakan mana sumber berita yang jelas, kenali medianya pahami isinya pilah mana yang layak diteruskan," kata dia. (*)