Parit Malintang, (Antara Sumbar) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat menggencarkan sosialisasi pencegahan penyakit malaria menyusul ditemukannya satu penderita di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, daerah setempat.
"Satu kasus itu berasal dari warga berusia 46 tahun, ini kasus pertama sejak Januari hingga April 2017," kata Kepala Dinkes Padangpariman, Aspinuddin di Parit Malintang, Selasa.
Ia mengatakan tidak lama setelah ditemukan kasus tersebut pihaknya memeriksa seluruh anggota keluarga si penderita malaria.
Phaknya memang tidak memeriksa sejumlah warga di daerah itu dan hanya memeriksa anggota keluarga si penderita saja karena saat itu pihaknya kekurangan sarana.
"Namun dari hasil pemeriksaan, kami tidak menemukan pertanda anggota keluarga lain menderita malaria," katanya.
Dari hasil pemeriksaan tersebut diduga si penderita digigit nyamuk di luar daerah itu, namun untuk memastikannya pihaknya akan mengkaji lebih dalam lagi.
Berdasarkan catatan Dinkes Padangpariaman kasus malaria di kabupaten itu pada 2016 terjadi lima kasus sedangkan pada 2015 tidak ditemukan kasus malaria.
Sebanyak empat dari lima kasus tersebut berasal dari Kecamatan Sungai Limau sedangkan sisanya berasal dari Kecamatan Enam Lingkung.
Empat kasus malaria di Sungai Limau tersebut pada awalnya hanya ditemukan satu kasus saja, namun setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 300 sampel darah warga di daerah itu, ditemukan tiga orang penderita malaria lagi.
Ia menyatakan Sungai Limau merupakan wilayah endemis malaria sedangkan wilayah berpotensi endemis yaitu Batang Anai dan Enam Lingkung.
"Meskipun begitu, kasus malaria pada 2016 dan 2017 tidak menimbulkan korban jiwa," ujarnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Padangpariaman, dr. Jasneli Mar mengatakan malaria dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak sehat seperti air yang tergenang sehingga jentik nyamuk dapat hidup.
"Penyebab malaria sama dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) dan cikungunya namun pada malaria jenis nyamuknya yaitu anopheles," kata dia.
Sedangkan DBD dan cikungunya sama-sama ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus. Namun DBD disebabkan oleh virus dengue sedangkan cikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.
"Nyamuk anopheles dan aedes aegypti sama-sama berkembang biak di air yang tergenang," ujar dia.
Ia mengimbau masyarakat untuk menjaga lingkungan agar lingkungan bersih dan sehat sehingga dapat meminimalisir berkembang biaknya nyamuk.
Kepada kader juru pemantau jentik (jumantik) diimbau untuk lebih memperhatikan lingkungan agar terhindar dari malaria, DBD, dan cikungunya. (*)
Berita Terkait
Bukittinggi terima Penghargaan Pemberantasan ATM dari Kemenkes RI
Senin, 7 Agustus 2023 12:12 Wib
Indonesia berkontribusi ke Global Fund 15,5 juta dolar AS
Sabtu, 24 September 2022 9:35 Wib
Stok Obat Malaria Papua Menipis
Jumat, 22 Juli 2022 18:02 Wib
Pemkab Pessel berhasil eliminasi penularan malaria
Selasa, 31 Mei 2022 14:02 Wib
Antisipasi malaria, Dinkes Pasbar periksa sampel darah korban pengungsi gempa (Video)
Kamis, 21 April 2022 17:09 Wib
Pesisir Selatan bebas kasus Malaria tiga tahun terakhir
Selasa, 31 Agustus 2021 9:22 Wib
Malaria bunuh 2.500 lebih warga Angola
Selasa, 12 Mei 2020 17:58 Wib
Novartis sepakat dengan regulator AS lakukan uji coba obat malaria untuk COVID-19
Senin, 20 April 2020 15:01 Wib