BPPT Bertekad Tingkatkan TKDN Teknologi Kelautan Perikanan

id Perikanan

BPPT Bertekad Tingkatkan TKDN Teknologi Kelautan Perikanan

Perikanan. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertekad menaikkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan menekan nilai impor teknologi kelautan dan perikanan.

"Jadi penguasaan maritim bukan soal sumber dayanya saja yang dikuasai, tapi juga teknologinya. Nah, kami peduli dengan peningkatan TKDN teknologinya," kata Kepala BPPT Unggul Priyanto di Jakarta, Rabu.

BPPT, ia menambahkan sudah menyelesaikan desain kapal penangkap ikan berbobot 120 GT. Harapannya ini bisa diproduksi galangan kapal dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan armada perikanan tangkap di tanah air.

"Ke depan bukan hanya target mendesain kapal, tapi juga produksi kapal di dalam negeri yang semakin meningkat. Kita kalah soal jumlah produksi kapal dengan Filipina dan Thailand, padahal yang negara kepulauan terbesar itu kita," ujar dia.

Karenanya, Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri Rancangan Bangun dan Rekayasa Erzi Anson Gani mengatakan ke depan bersama KKP, BPPT akan mengembangkan desain kapal angkut ikan dan dilanjutkan mendesain kapal angkut ikan hidup. "Desainnya tentu sesuai dengan bisnis model yang dibuat KKP".

Sedangkan Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Eniya Listiani Dewi mengatakan akan mengkaji dan mengembangkan teknologi perikanan untuk mendorong budidaya. Tidak hanya menawarkan ikan Nila Salina yang adaptif di laut, tetapi siap mendukung budidaya udang dengan mengembangkan sendiri pangan sekaligus vaksinya.

Sebelumnya Sekretaris Jenderal KKP Rifky Effendi Hardjanto mengatakan untuk perikanan budidaya di Indoensia juga tertinggal dengan Vietnam, apalagi soal pakan. Sedangkan ketergantungan impor pakan ikan dan indukan udang bahkan peralatan tangkap seperti jala dan kail juga masih tinggi.

"Ketergantungan barang impor bahkan teknologi yang sederhana, yang dasar, harusnya dikurangi. Kita sudah capek-capek dapat devisa masak dikeluarkan hanya untuk alat-alat dasar seperti kail," ujar dia.

Rantai bisnis budidaya perikanan begitu besar, kata Rifky. Harapannya kerja sama dengan BPPT persoalan-persoalan tersebut bisa terpecahkan.

Terkait dengan desain kapal perikanan tangkap, menurut dia, nelayan Indonesia membutuhkan kapal berukuran kecil yang modern dengan preferensi kearifan lokal karena masing-masing daerah memiliki ciri khas berbeda.

"Kalau bisa BPPT buat desain kapal tangkap yang bercirikan kearifan lokal tersebut, dengan nomenklatur standar baku khas Indonesia supaya berbeda dengan kapal-kapal nelayan asing. Kalau desain kita beda tentu akan mempermudah identifikasi kapal-kapal asing pencuri ikan," ujar dia. (*)