FSPPG Sambut May Day Bertema "Compliance Day"

id May Day

FSPPG Sambut May Day Bertema "Compliance Day"

Ilustrasi - May Day. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Federasi Serikat Pekerja Panasonic Gobel (FSPPG) menyambut May Day dengan tema "May Day is Compliance Day" untuk mengingatkan pemangku kepentingan ketenagakerjaan agar patuh tehadap regulasi yang telah disepakati.

"Di FSPPG, tema May Day untuk tahun ini adalah "May May is Compliance Day", tujuannya untuk mengingatkan para stakeholder ketenagakerjaan agar patuh dan taat terhadap regulasi yang telah dibuat dan disepakati," kata Presiden FSPPG Djoko Wahyudi melalui siaran persnya, di Jakarta, Kamis.

Menurut Djoko, persoalan muncul karena adanya pengingkaran kesepakatan yang telah dibuat. Contohnya, tentang UMP, kepesertaan BPJS, KWT, dan outsourching.

"Karena itulah, kami mendukung kegiatan apa pun yang mempunyai manfaat bagi pekerja Indonesia," ujarnya.

Dalam May Day itu juga, FSPPG menyambut 'May Day is A Happy Day' dengan sejumlah kegiatan dari olahraga sampai donor darah.

FSPPG sendiri menyambut May Day dari 9 April sampai 1 Mei dengan berbagai kegiatan, antara lain, PORSENI FSPPG (volley ball, futsal, tenis meja, bulutangkis), donor darah, pendaftaran beasiswa, mudik nyaman 2 FSPPG, lomba mancing, buruh mengaji, memancing, memasak, funbike, games anak karyawan, dan lain-lain. Semua atas biaya Serikat Pekerja, katanya.

Menurut Djoko, dengan mengubah kebiasaan May Day dari aksi demo menjadi kegiatan positif tidak akan menghilangkan roh kalangan buruh dalam memperjuangkan tingkat kesejahteraannya.

"Saya rasa, demo adalah salah satu pilihan kendaraan dalam menyuarakan persoalan ketenagakerjaan. Kita juga bisa menyuarakan isu ketenagakerjaan melalui kendaraan lain," jelas Djoko.

Misalnya, lanjut Djoko, tema May Day sangat penting untuk menyampaikan gagasan, isu atau ide terhadap ketenagakerjaan.

Tentunya, lanjut Djoko, hal itu dilakukan setelah ada kajian di semua aspek, terkait efektivitasnya.

Ia mengungkapkan, sebagai dampak negatif dari maraknya aksi demo buruh di hari May Day, adalah berkurangnya jumlah anggota serikat pekerja hingga 700.000 dalam tiga tahun terakhir ini.

Tentu banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah anggota serikat pekerja. Tapi, salah satunya adalah aksi demo yang pada akhirnya tidak melahirkan kesepakatan, kata Djoko.

Djoko mengungkapkan, berdasarkan data yang dimilikinya, dalam kurun tiga tahun terakhir, terjadi penurunan anggota Serikat Pekerja sekitar 600.000 sampai 700.000 orang.

"Jika dilihat, jumlah anggota Setikat Pekerja/Serikat Buruh hanya 2,71 juta (5,5 persen) dari 49 juta Pekerja Formal. Ini jumlah yang sangat kecil," katanya.

Sedangkan jumlah pengangguran masih berada di angka 7,03 juta. Jumlah yang masih cukup tinggi. (*)