Mempromosikan Budaya Mentawai Melalui FPM 2017

id Budaya Mentawai

Mempromosikan Budaya Mentawai Melalui FPM 2017

Tato salah satu budaya Mentawai. (Antara)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) bersama pihak-pihak terkait kembali akan menggelar Festival Pesona Mentawai (FPM) 2017 dalam upaya mempromosikan budaya lokal di daerah itu secara nasional dan internasional.

"Kami telah melakukan persiapan awal, rencana Festival Pesona Mentawai akan kembali digelar pada Oktober 2017," kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kepulauan Mentawai, Aban Bernabas.

Ia menambahkan untuk lokasi pelaksanaan kegiatan yang memadukan potensi wisata dan budaya dari "Bumi Sikerei" itu akan berbeda dibandingkan pada penyelenggaraan tahun sebelumnya.

Tahun 2016 Festival Pesona Mentawai digelar di Pantai Mapadegat, Pulau Sipora, sedangkan tahun ini direncanakan di Pelabuhan Tuapejat, di pulau yang sama.

Dipindahkannya lokasi itu ke Pelabuhan Tuapejat karena dinilai lokasi tersebut adalah gerbang pintu masuk para pengunjung yang datang ke ibu kota Kabupaten Mentawai itu.

Lokasinya lebih luas dan selama ini merupakan salah satu pusat keramaian di Mentawai, tambahnya.

Disamping perubahan tempat pelaksanaan, dalam Festival Pesona Mentawai 2017 pihak Disparpora setempat akan melakukan beberapa inovasi dan kolaborasi agar ajang tersebut menjadi lebih meriah dari penyelenggaraan sebelumnya.

Jika sebelumnya ada beberapa yang dievaluasi, hal itulah yang menjadi bekal untuk melakukan perubahan pada ajang berikutnya, tambahnya.

Menurutnya sebagai salah satu sarana untuk mempromosikan potensi wisata dan budaya yang ada di Kepulauan Mentawai, maka Festival Pesona Mentawai merupakan sarana yang strategis dan dapat mengundang pihak investor untuk ikut mengembangkan pariwisata daerah ini.

Ia menambahkan, Festival Pesona Mentawai 2017 sudah merupakan program yang juga berada di bawah bimbingan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI. Pada ajang sebelumnya kegiatan itu juga didukung oleh kementerian tersebut.

"Sekarang tinggal bagaimana masyarakat dan pihak-pihak swasta mendukung kegiatan itu agar dapat berlangsung dengan sukses dan tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai," katanya.

Pada Festival Pesona Mentawai tahun lalu yang dilaksanakan April 2016 digelar aneka kegiatan yang menarik dan unik terutama yang menampilkan berbagai ragam kebudayaan masyarakat asli di Kepulauan Mentawai.

Agenda ini dibuka dengan pelepasan tukik (anak penyu) dan penanaman pohon ketapang serta penanaman terumbu karang di pantai Tua Pejat.

Lalu acara pembukaan Festival Pesona Mentawai di pantai Mapaddegat menampilkan tarian perang suku Mentawai dan prosesi perkawinan masyarakat Sikabaluan, Pulau Siberut Utara Mentawai.

Selanjutnya kegiatan mengolah makanan tradisional Mentawai yakni sagu sebagai pangan lokal, proses membuat sampan, lomba lagu-lagu Mentawai, prosesi membuat tato Mentawai di badan peserta dan lomba tarian tradisional setempat di Pantai Mapaddegat.

Sementara di perairan laut Katiet, Pulau Sipora Selatan juga dilaksanakan kontes surfing (selancar).

Juga digelar tur mangrove atau bakau yang bersamaan dengan itu diselenggarakan kontes surfing, dan penampilan kesenian lokal dimainkan para seniman dari Kecamatan Siberut Selatan, Pagai Utara, Pagai Selatan dan lomba lagu tradisional.

Selain itu digelar lomba panah tradisional Mentawai, permainan anak tradisional, lomba antarstan, dan karnaval seni dan budaya lainnya.

Tahun lalu agenda ini dibuka Menteri Pariwisata RI Arief Yahya.

Saat itu menteri berharap agar kegiatan tersebut dapat melestarikan kegiatan bahari di Sumatera Barat.

Ia mengatakan dukungan Kemenpar untuk festival ini adalah dari pemasaran dengan menjadikannya sebagai agenda tahunan.

Karena itu, diharapkan pula kepada semua pihak bisa prepare lebih awal. Lebih matang, lebih keren, lebih banyak mengundang wisatawan baik nusantara maupun mancanegara," tambahnya.

Mengenal Mentawai

Situs Wikipedia menyebutkan Mentawai adalah salah satu kabupaten kepulauan di Indonesia yang terletak sekitar 100 mil laut arah Barat pantai Sumatera Barat.

Kepulauan Mentawai dengan ibu kota Tuapejat memiliki luas 6.011,35 kilometer persegi dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 70 ribu jiwa.

Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 Tahun 1999. Daerah ini terdiri dari empat kelompok pulau utama yang berpenghuni yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Mentawai.

Selain itu juga masih ada beberapa pulau kecil lainnya yang berpenghuni namun sebahagian besar pulau yang lain hanya ditanami dengan pohon kelapa.

Mentawai merupakan kabupaten kepulauan dengan posisi memanjang dibagian paling Barat pulau Sumatera dan dikelilingi oleh Samudera Hindia.

Kepulauan ini merupakan bagian serangkaian pulau non-vulkanik dan gugusan kepulauan tersebut merupakan puncak-puncak dari punggung pegunungan bawah laut.

Masyarakat asli Suku Mentawai adalah bagian utama penduduk di kepulauan ini yang secara garis besar tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang asal usul mereka. Walaupun ada di antara mereka mengenal beberapa mitologi yang kadang kabur dan sukar dipercaya.

Masyarakat lokal setempat menyebut kepulauan itu dengan nama Bumi Sikerei.

Sebahagian besar penghuni pulau-pulau di Mentawai berasal dari pulau Siberut. Masyarakat suku Mentawai secara fisik memiliki kebudayaan agak kuno yaitu zaman neolitikum dimana mereka tidak mengenal akan teknologi, begitu pula dalam bercocok tanam maupun seni tenun.

Penduduknya sebagian besar penganut animisme, kemudian sebahagian lainnya beragama Kristen dan Islam.

Setelah kemerdekaan Indonesia masyarakat asli Mentawai telah membaur dengan suku-suku lainnya di tanah air terutama setelah daerah ini menjadi salah satu daerah transmigrasi.

Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 10 kecamatan, 43 desa dan 202 dusun. Kecamatan itu adalah, Pagai Selatan dengan luas wilayah 901,08 KM2, Sikakap (278,45 KM2), Pagai Utara (342,02 KM2), Sipora Selatan (268,47 KM2), Sipora Utara (383,08 KM2).

Lalu Kecamatan Siberut Selatan (508,33 KM2), Siberut Barat Daya (649,08 KM2), Siberut Tengah (739,87 KM2) Siberut Utara (816,11 KM2) dan Siberut Barat (1.124,86 KM2).

Kepulauan ini dikenal memiliki ombak laut yang tinggi dan memberi tantangan bagi para peselancar nusantara dan mancanegara.

Daerah ini juga memiliki potensi alam yang banyak, selain dalam bidang perkebunan, pertanian dan perikanan. Melalui promosi budaya yang dikemas dalam FPM 2017 diharapkan bisa mendukung pariwisata dan kemajuan daerah kepulauan ini. (*)