London, (Antara Sumbar) - Satu proses yang dapat membantu jutaan orang mengubah air laut menjadi air minum diumumkan pekan ini oleh bebeapa ilmuwan di Manchester.
Bahan yang mengagumkan, graphene, berada pada inti proses baru tersebut. Graphene adalah konduktor panas terbaik yang ada saat ini; graphene adalah material paling tipis di dunia, namun paling kuat, lebih kuat dari baja, dan tentu saja, lebih ringan. Beberapa ilmuwan di universitas di Manchester telah mengembangkan membran yang berlandaskan graphene dan mampu menyaring garam biasa.
Penelitian baru mereka memperlihatkan potensi dunia-nyata untuk menyediakan air minum yang bersih buat jutaan orang yang berjuang untuk memperoleh akses ke sumber air bersih yang memadai.
Temuan baru itu di University of Manchester disiarkan pada Senin (3/4) di jurnal Nature Nanotechnology.
Seorang juru bicara di universitas tersebut mengatakan, "Hingga 2005, PBB mempekrirakan 14 persen penduduk dunia akan menghadapi kelangkaan air."
"Teknologi ini memiliki potensi untuk merevolusionerkan penyaringan air di seluruh dunia, terutama di negara yang tak bisa memperoleh instalasi desalinasi dengan ukuran besar," kata para peneliti tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. "Sistem membran graphene-oxide diharapkan dapat dibuat dalam ukurang yang lebih kecil sehingga teknologi ini bisa diakses oleh negara yang mungkin tak memiliki prasarana keuangan guna mendanai instalasi besar tanpa mengorbankan air bersih yang diproduksi."
Membran graphene-oxide yang dikembangkan di National Graphene Institute di Manchester sudah memperlihatkan potensi penyaringan partikel nano, molekul organik, dan bahkan garam besar.
Namun, setakat ini, semua itu tak bisa digunakan untuk menyaring garam biasa yang digunakan dalam teknologi desalinasi --membuat air laut jadi tawar dengan memisahkan garam dari air-- yang memerlukan penyaringan yang bahkan lebih kecil.
Penelitian sebelumnya di universitas itu mendapati jika dicelupkan ke dalam air, membran graphen-oxide menjadi agak gembung dan garam yang lebih kecil mengalir melewati membran tersebut bersama dengan air, tapi molekul atau ion yang lebih besar terhalang.
Kelompok yang berpusat di Manchester tersebut sekarang telah lebih mengembangkan membran graphene itu dan menemukan strategis guna menghindari penggelembungan membran ketika terpajan pada air.
Ukuran pori-pori pada membran tersebut dapat secara tepat dikendalikan sehingga benda itu bisa menyaring garam biasa dari air garam dan membuatnya aman untuk diminum.
Juru bicara universitas tersebut menambahkan, "Sementara dampak dari perubahan iklim terus mengurangi pasokan air di kota modern, negara modern yang kaya juga menanam modal pada teknologi desalinasi.
"Ketika garam biasa larut di dalam air, garam itu selalu membentuk 'tempurung' molekul air di sekeliling molekul garam. Ini memungkinkan pembuluh halus membran graphene-oxide menghalangi garam mengalir bersama dengan air. Molekul air bisa melewati penghalang membran dan mengalir dengan cepat --yang idel bagi penerapan membran ini pada desalinasi."
Profesor Rahul Nair dari University of Manchester mengatakan, "Realisasi membran yang terukur dengan ukuran pori-pori yang seragam sebesar atom adalah langkah maju yang penting dan akan membuka kemungkinan baru bagi peningkatan efisiensi teknologi desalinasi." (*)
Berita Terkait
BMKG dorong pakar kebumian kaji potensi gempa bumi di Laut Jawa
Minggu, 24 Maret 2024 9:11 Wib
Imigran etnis Rohingya terdampar di tengah laut
Kamis, 21 Maret 2024 13:46 Wib
Serangan udara baru AS-Inggris targetkan Houthi di Yaman
Selasa, 5 Maret 2024 9:02 Wib
Jasa penjualan air laut
Rabu, 31 Januari 2024 14:59 Wib
Penenggelaman kapal Angkatan Laut untuk mendukung konservasi
Jumat, 26 Januari 2024 11:52 Wib
Gubernur minta Sumbar majukan budi daya lobster laut
Kamis, 25 Januari 2024 15:34 Wib
BMKG: Gempa M5,9 guncang wilayah Laut Banda, tidak berpotensi tsunami
Rabu, 24 Januari 2024 9:14 Wib
Pengetatan penjagaan di Pelabuhan Laut usai 53 napi kabur
Selasa, 9 Januari 2024 20:58 Wib