Fadli: Tan Malaka Layak Diberikan Penghargaan

id Fadli Zon, Tan Malaka, Penghargaan

Fadli: Tan Malaka Layak Diberikan Penghargaan

Wakil Bupati Lima Puluh Kota Sumatera Barat Ferizal Ridwan (kedua kanan) didampingi sejumlah tokoh adat dari Tan Malaka Institut memanjatkan doa saat ziarah di makam Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, Rabu (21/12/2016). Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota berencana memindahkan jasad pahlawan nasional Tan Malaka untuk dikebumikan di tanah kelahirannya di Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai sosok Tan Malaka layak diberikan penghargaan karena telah berkontribusi dalam mendirikan negara republik Indonesia dan perjuangan melawan penjajah Belanda.

"Kita harus memberikan penghargaan kepada tokoh besar seperti Tan Malaka," kata Fadli dalam diskusi bertajuk "Pemikiran dan Perjuangan Tan Malaka" di Ruang Operation Room, Gedung Nusantara, Jakarta, Senin.

Dia mengapresiasi Pemerintah Daerah Kabupaten Limapuluh yang memberi nama jalan sepanjang 45 kilometer dengan nama Tan Malaka.

Fadli menyarankan agar beberapa tempat yang pernah disinggahi Tan Malaka, diberikana nama pahlawan nasional tersebut.

"Misalnya Tan Malaka pernah singgah di Kalibata, di daerah itu bisa diberikan nama Tan Malaka sebagai nama jalan," ujarnya.

Politisi Partai Gerindra itu menilai sosok Tan Malaka sebagai tokoh nasionalis dan muslim serta banyak melakukan aktivitas di lingkup nasional serta internasional.

Selain itu dia menilai Tan Malaka banyak memberikan gagasan kebangsaan, salah satunya membuat buku terkait pemikiran Indonesia menjadi negara republik di tahun 1925.

"Itu monumental dan gagasan kebangsaan itu menjadi banyak perbincangan," katanya.

Peneliti asal Belanda, Harry Poze dalam diskusi itu memaparkan 14 karakter yang dimiliki Tan Malaka, antara lain sebagai seorang Minangkabau, Tan Malaka banyak dipengaruhi oleh latar belakang tanah kelahirannya tersebut.

Dia mencontohkan Tan Malaka merantau ke berbagai tempat seperti tradisi masyarakat Minang dan dalam buku yang ditulisnya banyak sindirannya dalam bahasa Minangkabau.

"Lalu watak Tan Malaka yang lain adalah sebagai komunis-nasionalis karena pada tahun 1920-an PKI menjadi satu-satunya partai politik yang berdasarkan nasionalis. Lalu saat itu Syarikat Islam dekat dengan PKI seperti Haji Misbach dan dalam kurun waktu tahun 1926-1927 banyak kiai ikut memberontak melawan Belanda," katanya.

Harry juga menjelaskan berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Tan Malaka menjadi agen Komunis Internasional (Komintern) untuk mendirikan partai politik berhaluan komunis di Asia.

Dia mengatakan dirinya menemukan beberapa surat Tan Malaka kepada Komintern yang melaporkan kegiatannya dalam berbagai bahasa seperti Belanda, Melayu, dan Jerman. (*)