Pemprov Diminta Tata Perkampungan Nelayan

id Perkampungan, Nelayan, Sumatera Barat

Pemprov Diminta Tata Perkampungan Nelayan

Kawasan kampung nelayan Kelurahan Muarareja, Tegalsari, Tegal, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Padang, (Antara Sumbar) - Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat (Sumbar), Arkadius mendorong pemerintah provinsi itu menata perkampungan nelayan agar bisa dijadikan objek wisata alternatif.

"Sumbar memiliki garis pantai yang panjang, dan juga banyak terdapat kampung nelayan," katanya di Padang, Rabu.

Di Sumbar, sebutnya terdapat banyak perkampungan nelayan diantaranya seperti di Pasia Tiku Kabupaten Agam, Bungus dan Purus Kota Padang, dan beberapa tempat di Kabupaten Pesisir Selatan.

Ia menambahkan wisata kampung nelayan memiliki daya tarik tersendiri jika dikelola dan dijaga dengan baik karena di sana ada kearifan lokal khas nelayan dan kuliner dengan bahan makanan yang segar.

Selain kuliner, ujarya juga bisa dijadikan tempat penjualan oleh-oleh khas wisata kelautan seperti penjualan pernak pernik yang terbuat dari kerang yang sudah mati.

"Namun untuk mewujudkan tersebut, harus ada upaya penataannya terlebih dahulu," katanya.

Apalagi, saat ini pemprov sedang fokus dalam pembenahan pariwisata sehingga hal ini juga sejalan dengan itu, sebutnya.

Ia menjelaskan untuk menarik perhatian wisatawan, kampung nelayan harus dikeloka juga dengan baik.

"Jangan sampai ketika wisatawan masuk ke perkampungan nelayan, mereka mencium bau amis sehingga ke depan tidak tertarik lagi untuk kembali," sebutnya.

Untuk itu, katanya pemprov melalui Dinas Pariwisata perlu mengelola wisata perkampungan nelayan sebagai objek wisata alternatif.

"Dinas Pariwisata bida melakukan pertemuan dengan masyarakat yang berada di perkampungan nelayan, lalu memberikan pelatihan atau pemahaman bahwa tempat yang mereka tinggali sebenarnya bisa dijadikan objek wisata," ujarnya.

Selain itu, tambah Arkadius masyarakat juga diberi pemahaman mengenai keterbukaan terhadap wisatawan.

"Jika hanya tempat saja yang bagus, sedangkan masyarakatnya tidak terbuka, ya sama saja dengan tidak," katanya. (*)