Pemkab Solok Targetkan Sekitar 7.000 Akseptor Baru

id Akseptor KB

Pemkab Solok Targetkan Sekitar 7.000 Akseptor Baru

( )

Arosuka, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, Sumatera Barat menargetkan sekitar 7.000 Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) Akseptor atau peserta Keluarga Berencana (KB) baru pada tahun 2017.

"Jumlah pastinya belum dapat dipastikan sebab akan dikoordinasikan antara target provinsi dengan Kabupaten Solok," Kata Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, penyuluhan, dan informasi Dinas Pengendalian Penduduk, KB, dan Perlindungan Perempuan dan Anak setempat Mikrat Joni di Koto Baru, Sabtu.

Jumlah target pemasangan KB baru tahun ini berkurang dari tahun sebelumnya. Pada Tahun 2016, target mencapai 8.150 PPM KB, dengan jumlah terealisasi sebanyak 6.529 Peserta KB, dengan persentase 76,7 persen.

Ia merinci untuk Bulan Januari 2017, PPM KB dengan Metode IUD atau spiral sebanyak 7, metode operatif wanita (MOW) sebanyak 4, metode operatif pria (MOP) sebanyak 0, metode Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) sebanyak 30, metode Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) sebanyak 97, metode STK sebanyak 233, dan metode pil sebanyak 57, dengan jumlah keseluruhan 428 PPM.

Dengan persebaran PPM KB yang dominan di kecamatan Lembah Gumanti sebanyak (78) dan Danau Kembar (72).

"Apabila laju pertumbuhan penduduk turun, baru program KB dikatakan berhasil," ujarnya.

Ia mengatakan pihaknya melakukan sosialisasi langsung tentang manfaat program KB, selain itu juga melalui media dengan membuat baliho, pamflet, dan spanduk.

Untuk meningkatkan peserta KB di Kabupaten Solok, dinas membentuk kelompok masyarakat peduli KB dan kader KB mulai dari tingkat jorong, nagari, hingga kecamatan. Jika ada pelayanan langsung, kaderlah yang mencari akseptor. Hingga kini, kader KB di Kabupaten Solok berjumlah 1.206 orang.

Kendala yang dihadapi dalam mensosilisasikan program KB sulitnya mencapai daerah-daerah yang berada di perbatasan, agak terpelosok dan sulit dijangkau, sehingga masyarakat disana tidak mendapatkan informasi yag cukup. Seperti di Kecamatan 3 Lurah.

Disamping itu, Sarana dan prasarana klinik KB belum merata. Dari 74 Nagari yang ada, baru 52 klinik yang sudah tersedia.

"Selain itu, pikiran masyarakat yang masih menganggap banyak anak banyak rezeki, sebab banyak keluarga yang berprofesi tani yang merasa bertambahnya anggota keluarga dapat dijadikan tenaga kerja nantinya," ujarnya.

Walaupun, lanjutnya, sudah banyak juga yang mengikuti program KB, yang dominan diikuti masyarakat yang tingkat pendidikannya lebih tinggi. (*)