Mendikbud : USBN Kembalikan Kepercayaan pada Guru

id Muhadjir Effendy, Ujian Sekolah Berbasis Nasional, USBN

Mendikbud : USBN Kembalikan Kepercayaan pada Guru

Mendikbud, Muhadjir Effendy.

Jakarta, (Antara Sumbar) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan ujian sekolah berbasis nasional (USBN) mengembalian kepercayaan pada guru karena soal maupun pengawasan dilakukan oleh guru.

"USBN mengembalikan kepercayaan pada guru. Jika sebelumnya, guru tidak dilibatkan maka melalui USBN juga dilibatkan. Keterlaluan kalau guru masih curang," ujar Muhadjir usai menerima sejumlah siswa berprestasi dari Global Sevilla School di Jakarta, Selasa.

Muhadjir mengatakan pada ujian nasional (UN) guru sama sekali tidak dilibatkan dalam pembuatan soal. Guru malah terkaget-kaget begitu melihat soal UN yang berbeda jauh dengan apa yang diajarkan di sekolah.

Dengan pelaksanaan USBN, guru melalui majelis guru mata pelajaran (MGMP) diberikan kewenangan untuk membuat soal dan melakukan pengawasan secara silang. Kemendikbud hanya memberikan garis soal soal yang harus dibuat.

"Dengan demikian tak ada lagi alasan bagi guru untuk berbuat curang," cetus dia.

Saat ini, lanjut dia, soal-soal untuk USBN sudah selesai dibuat dan dikarantina baru kemudian disalurkan ke sekolah-sekolah.

"Pengawasannya sama dengan UN. Pengawasan secara silang, jadi guru yang mengajar di sekolah itu mengawas di tempat lain. Begitu pengoreksiannya, karena ini ada esainya maka harus dikoreksi manual."

Pada kesempatan tersebut, Mendikbud juga menyampaikan metode pengajaran kepada anak didiknya melalui berbagai ragamnya. Pendidik perlu mengubah gaya mengajarnya karena gaya belajar masing-masing anak berbeda-beda.

Mendikbud memberi penghargaan pada 12 siswa Global Sevilla School yang menjadi juara dalam kompetisi debat internasional di Amerika Serikat pada 2016.

Salah satu pendiri dari Global Sevilla, Omi Komaria Madjid, mengatakan sekolah tersebut didirikan oleh mendiang Nurcholish Madjid yang menginginkan bahwa mendidik siswa tak hanya secara akademik tetapi juga nonakademik.

"Baik akademik maupun nonakademik harus sama-sama maju," kata Omi. (*)