Wabup:Jangan Berlebihan Berpendapat di Medsos

id Media Sosial, Radikalisme, Perpecahan, Bangsa

Wabup:Jangan Berlebihan Berpendapat di Medsos

Acara sarasehan di Kabupaten Solok, Senin. (ANTARA SUMBAR/Sultan Andre)

Padang, (Antara Sumbar) - Kebebasan berpendapat yang berlebihan di media sosial saat ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan, baik di kalangan masyarakat maupun bangsa Indonesia, kata Wakil Bupati Solok, Yulfadri Nurdin.

Hal itu dikatakan Yulfadri Nurdin saat membuka acara sarasehan bertemakan "Silaturahmi Orkesmas dan Element Masyarakat dalam rangka menjaga stabilitas daerah di Kab. Solok" di Arouska, pada Senin.

Ia menjelaskan bahwa anak bangsa Indonesia saat ini mulai terlihat mudah sekali untuk diprovokasi baik melalui suku maupun agama, sehingga berdampak terhadap terjadinya perpecahan dalam keutuhan NKRI.

Untuk itu, imbuhnya Pemkab mengimbau kepada seluruh element masyarakat Kabupaten Solok agar dapat menyamakan persepsi dalam menjaga stabilitas kamtibmas daerah dan dilingkungan masing-masing.

"Apabila stabiltas kamtibmas tetap terjaga, maka prekonomian dan pembangunan di Kabupaten Solok akan meningkat," katanya.

Sementara itu, Kapolres Solok, AKBP. Reh Ngenana mengatakan bahwa untuk menciptakan situasi kamtibmas daerah itu tetap berjalan kondusif, Polres setempat berharap agar masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga keamanan dilingkungannya masing-masing.

Dengan adanya peran masyarakat, imbuhnya maka tindak kejahatan maupun kelompok-kelompok radikalisme dapat segera diantisipasi.

Akan tetapi, sebelum menciptakan situasi kamtibmas kabupaten Solok yang kondusif, masyarakat harus terlebih dahulu mengetahui tentang pengertian paham radikalisme dan terorisme, ujarnya.

Dengan mengetahui pengertian radikalisme tersebut, sebutnya maka masyarakat dapat melakukan deteksi dini terhadap kelompok-kelompok radikalisme maupun terorisme di lingkungan setempat.

Dalam hal ini,sebagian besar kelompok radikalisme memiliki keyakinan ideologi tunggal dan fanatik yang mereka perjuangkan, serta melaukan aksi-aksi yang anarkisme, jelasnya.

Menurutnya sebagian besar timbulnya gerakan radikalisme di Indonesia disebabkan karena faktor rasa ketidakadilan dan kekecewaan, sehingga kelompok radikal melakukan aksi-aksi yang anarkisme.

Selain radikalisme, Polres Solok juga meminta kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kelompok-kelompok teroris di lingkungan masing-masing.

"Apabila terdapat kelompok-kelompok yang mencurigakan, masyarakat diminta untuk segera melaporkan hal tersebut kepada aparat keamanan setempat," pintanya.

Hal yang sama juga diungkapkan Perwira Penghubung Kodim 0309/Solok Mayor Infantri Togar Harahap. Ia mengatakan terorisme dan radikalisme merupakan dua hal yang berkaitan, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan.

Ia menyebutkan radikalisme lebih terkait dengan model sikap atau cara pengungkapan yang terkait dengan problem intern keagamaan, sedangkan terorisme secara jelas mencakup tindakan-tindakan kriminal untuk tujuan-tujuan politik.

Lanjutnya, paham radikalisme dan terorisme telah berkembang secara luas baik di dalam negeri maupun luar negeri, munculnya paham tersebut dikarenakan ketidakpercayaan dan ketidakpuasan terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Untuk mengantisipasi timbulnya paham radikalisme dan terorisme di Indonesia, sebutnya TNI AD telah melakukan kegiatan pembinaan teritorial (Binter) secara berkelanjutan.

Sedangkan, Jaksa Muda Kejari Solok, Jentanamamengatakan radikalisme dan terorisme saat ini memang telah marak terjadi di mana-mana, termasuk di Indonesia.

Pengaruh radikalisme yang merupakan suatu pemahaman baru yang dibuat-buat oleh pihak tertentu mengenai suatu hal, seperti agama, sosial, dan politik, seakan menjadi semakin rumit karena berbaur dengan tindak terorisme yang cenderung melibatkan tindak kekerasan.

Berbagai tindakan teror yang tidak sering memakan korban jiwa seakan menjadi cara dan senjata utama bagi para pelaku radikal dalam menyampaikan pemahaman mereka dalam upaya untuk mencapai sebuah perubahan, paparnya.

Dalam hal ini, tidak hanya kalangan pemerintah yang harusnya mengambil bagian untuk mencegah dan mengatasinya, namun seluruh rakyat harusnya juga ikut terlibat dalam usaha tersebut, terutama para generasi muda.

Hal itu dikarenakan generasi muda merupakan generasi penerus bangsa sekaligus menjadi ujung tombak untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan akan kedua masalah tersebut, yaitu radikalisme dan terorisme, katanya.

Dalam mengatasi masalah tersebut, diharapkan orang tua dapat memberikan bimbingan khusus kepada anaknya agar tidak mudah terbawa dalam paham radikalisme serta tindak terorisme.

Kemudian, meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan, menyaring informasi yang beredar di media sosial dan sosialisasi agar dapat mencegah munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme, ujarnya. (*)