Kapolri: NKRI adalah Harga Mati Selalu Dipertahankan

id Kapolri, Tito Karnavian

Kapolri: NKRI adalah Harga Mati Selalu Dipertahankan

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

Pontianak, (Antara Sumbar) - Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian dalam kuliah umumnya di Universitas Tanjungpura Pontianak, Senin, menyatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati, sehingga harus selalu dipertahankan.

Kapolri dalam kuliah umum tersebut mengulas tentang perkembangan demokrasi yang mengarah ke demokrasi liberal yang bermakna kebebasan, sehingga oleh semua pihak harus diantisipasi.

"Hal tersebut perlu kita antisipasi dengan memahami nilai-nilai luhur bangsa yang terdapat dalam pilar bangsa Indonesia yang termuat dalam Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI," ungkap Tito di depan mahasiswa.

Ia menjelaskan, masalah kebhinekaan itu perlu terus diupdate, dan perlu terus direfresh karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang unik, mungkin tidak ada lagi saat ini bangsa lain yang seberagam bangsa indonesia.

"Keberagaman itu menunjukkan kebhinekaan, misalnya Singkawang yang mewakili Kalbar keamanannya harus tetap terjaga karena cukup sensitif karena berhubungan dengan keagamaan, masalah ras, momentum yang dianggap sebagai ritual dijadikan modal tahunan, tapi sepanjang ritual terus berjalan sampai kapanpun menunjukkan suatu simbol kebinekaan keragaman di Kalbar tetap terjaga," katanya.

Menurut dia, kebinekaan perlu diangkat, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat beragam, yang penuh dengan perbedaan itu mengandung potensi konflik, dari sisi manajemen konflik, teori manajemen konflik mengatakan bahwa setiap manusia memiliki kepentingan masing-masing berbeda satu dengan lainnya.

"Kita melihat dalam manajemen konflik, kalau kita ingin membuat suatu kelompok menjadi solid maka teori adalah bagaimana bisa mengidentifikasi apa saja perbedaan kepentingan dalam kelompok itu, dan apa saja persamaan kepentingan, moment inters , jika kita membuat solid maka kepentingan yang sama bisa dinaikkan untuk ekspos secara besar-besaran," katanya.

"Berbagai kegiatan sebaliknya jika ingin membuat solid semua perbedaan kepentingan direduksi, kurangi, direndahkan, dihilangkan minimalisir, sehingga yang terjadi adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya salah satu teknik untuk membuat kita solid, seperti dalam satu ruangan ini dalam satu bangsa," tambahnya.

Sebaliknya, jika ingin membuat komunitas menjadi solid maka semua perbedaan disatukan, kalau ingin memecah maka semua perbedaan kepentingan dieksploitasi dan kemudian persamaannya jangan sampai dimunculkan direduksi, katanya.

"Kita melihat bahwa dengan kebinekaan yang sangat beragam, Indonesia dari 1928 semua sudah mengeluarkan deklarasi untuk menyatukan dalam satu kesatuan jauh dari sebelum Indonesia merdeka, berbangsa satu, berbahasa satu, bertanah air satu Indonesia dan 1945 di deklarasi kita memiliki persamaan, yaitu kepentingan kesamaan ingin merdeka, sehingga kita merasa bersatu di atas semua perbedaan semenjak Indonesia berdiri," katanya.

Persoalannya, sekarang yakni apakah kebhinekaan ini dapat dijaga dan bagaimana menjaganya, karena kalau tidak dijaga maka semuanya empat pilar NKRI mungkin hanya tinggal nama, sehingga Negara Kesatuan Indonesia ini harus dikelola dengan baik, katanya.

Tantangan saat ini sangat dinamis, karena itu harus terus mengupdate perkembangan informasi, untuk mengidentifikasi apa saja potensi yang dapat merobek kebhinekaan dan bagaimana semua pihak berusaha untuk mengatasinya.

"Yang pertama tantangan internal, dan kedua tantangan eksternal, tantangan internal yang paling utama, setelah 71 tahun Indonesia merdeka, kita, melihat bahwa struktur demografi masyarakat masih berbentuk piramida, di mana ada high class kecil, middle class kecil atau sedang, dan low classnya masih sangat besar," katanya.

Tito berharap, kampus sebagai wadah berkumpulnya kaum intelektual mampu memberikan sumbangan pemikiran dan inovasi dalam mempercepat kemajuan bangsa. Mahasiswa harus dapat melahirkan terobosan kreatif yang dapat mendukung pembangunan nasional.

"Adik-adik mahasiswa harus dapat menjadi agen perubahan dengan memberikan pemikiran yang cerdas untuk memberikan kontribusi positif untuk kemajuan bangsa," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kapolri mengajak semua pihak agar menjaga NKRI. "Kita tidak ingin bangsa kita menjadi bangsa yang terpecah-pecah. Polri siap bekerjasama dengan adik mahasiswa, sehingga energinya mendapat saluran yang positif," ujarnya.

Kuliah umum Kapolri dengan tema "Perkembangan Demokratisasi dan Globalisasi serta Dampaknya Bagi Kebhinekaan di Indonesia" juga dihadiri oleh Rektor Untan Prof Thamrin Usman, DEA selaku tuan rumah, dan dihadiri oleh para rektor perguruan tinggi se-Kalimantan, juga dihadiri oleh Forkopimda Provinsi Kalbar dan Kota Pontianak, dan para tokoh masyarakat. (*)