Sumbar Deflasi 0,17 Persen pada Februari 2017

id Sumbar, Deflasi, Bank Indonesia

Sumbar Deflasi 0,17 Persen pada Februari 2017

Ilustrasi.

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat mencatat provinsi itu mengalami deflasi sebesar 0,17 persen pada Februari 2017 atau merupakan peringkat ketujuh deflasi terdalam secara nasional.

"Pergerakan harga bulanan pada Februari 2017 yang menurun menyebabkan terjadinya deflasi 0,17 persen dibandingkan Januari yang mengalami inflasi sebesar 0,53 persen," kata Kepala perwakilan Bank Indonesia, Sumbar, Puji Atmoko di Padang, Jumat.

Ia mengatakan pada Februari pergerakan harga di Sumbar berlawanan arah dengan nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,23 persen.

Secara spasial bulanan, pergerakan harga Sumbar disumbang oleh pergerakan harga di Kota Padang yang mengalami deflasi 0,13 persen dan Bukittinggi 0,45 persen, katanya.

Ia menyampaikan deflasi mendalam terjadi pada kelompok bahan pangan bergejolak atau volatile food yang mencapai 2,05 persen.

Deflasi kelompok pangan bergejolak disumbang oleh turunnya harga cabai merah, daging ayam ras dan beras yang masing-masing memberi andil deflasi sebesar 0,41 persen, 0,09 persen dan 0,04 persen, ujar dia.

Menurutnya penurunan harga komoditas tersebut akibat melimpahnya pasokan di pasar seiring dengan masih berlanjutnya panen cabai merah hingga Maret 2017.

Sementara itu, operasi pasar beras yang dilakukan oleh Bulog selama Februari 2017 sebanyak 235 ton tersebar di Pasar Raya, Siteba, Bandar Buat, Alai dan Lubuk Buaya berdampak pada turunnya harga beras, kata dia.

Penurunan harga kelompok pangan bergejolak sedikit tertahan dengan kenaikan harga jengkol dan minyak goreng yang memberikan andil inflasi sebesar 0,3 persen, lanjut dia.

Pada sisi lain kelompok barang yang diatur pemerintah mengalami peningkatan harga selama Februari 2017 menjadi 0,93 persen dari sebelumnya 0,82 persen pada Januari.

Peningkatan harga pada kelompok ini disumbang oleh Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang memberi andil inflasi sebesar 0,17 persen sejalan dengan kebijakan kenaikan tarif TTL pasca bayar untuk golongan berdaya 900 VA.

Lalu pada kelompok inti terjadi peningkatan harga di Februari 2017 menjadi 0,30 persen, dengan laju yang lebih rendah dibandingkan Januari yang mencapai 1,43 persen, kata dia.

Ia mengatakan peningkatan harga kelompok ini disumbang oleh kenaikan tarif pulsa ponsel sebesar 0,05 persen, harga mobil 0,04 persen dan emas perhiasan 0,03 persen.

Kenaikan tarif pulsa ponsel disebabkan oleh kenaikan tarif panggilan per menit yang dilakukan oleh salah satu provider dan kenaikan harga mobil merupakan dampak dari penyesuaian harga mobil dengan tahun produksi 2017 yang dilakukan oleh sejumlah produsen, ujarnya.

Sementara kenaikan harga emas perhiasan merupakan dampak dari tren kenaikan harga emas global yang memengaruhi harga emas domestik, lanjut dia.

Puji memperkirakan tekanan inflasi ke depan cukup moderat yang bersumber dari kelompok barang yang diatur pemerintah yaitu Tarif Tenaga Listrik dan berkurangnya pasokan cabai merah dan bawang merah karena telah memasuki akhir panen.

Selain itu, risiko gangguan cuaca masih cukup tinggi seiring prakiraan cuaca pada Maret 2017 yang masih menunjukkan curah hujan pada level menengah dan merata di wilayah Sumatera Barat dan Jawa, katanya.

Sementara Badan Pusat Statistik Sumatera Barat mencatat Kota Padang mengalami deflasi 0,13 persen pada Februari 2017 disebabkan penurunan harga pada kelompok bahan makanan.

"Deflasi disebabkan oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan yang disumbang oleh cabai merah dan ayam ras," kata Kepala BPS Sumbar, Sukardi.

Sukardi menjelaskan deflasi adalah suatu keadaan harga-harga secara umum turun dan nilai uang bertambah.

Jika inflasi adalah keadaan yang terjadi akibat jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar, kata dia. (*)