Direktur : Sekolah Alam Minangkabau Bentuk Karakter Budaya

id sekolah alam

 Direktur : Sekolah Alam Minangkabau Bentuk Karakter Budaya

Direktur Sekolah Alam Minangkabau, Miya Maharani dalam arak-arakan Upacara Tamaik Kaji di Padang Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu (25/2). Arak-arakan ini merupakan salah satu agenda dari rangkaian acara 'Alek Minangkabau Limo' yang menjadi agenda tahunan sekolah ini. (Antara Sumbar / Syahrul Rahmat)

Padang, (Antara Sumbar)- Direktur Sekolah Alam Minangkabau Sumatera Barat (Sumbar), Miya Maharani mengatakan tujuan sekolahnya yakni mengusung budaya tradisional sebagai cara untuk membentuk karakter siswa.

Ia di Padang saat acara "Alek Minangkabau Limo", Sabtu, mengatakan Sekolah Alam mengajarkan muatan lokal berupa budaya dan tradisi Minang kepada siswa tidak hanya secara teori, akan tetapi juga praktek.

"Disini kita tidak hanya mengajarkan teori, akan tetapi anak-anak juga akan langsung mempraktekkan apa yang telah mereka pelajari," ujarnya.

Ia menegaskan Sekolah Alam Minangkabau sudah berdiri semenjak 11 tahun yang lalu dan dalam pengajaran para fasilitator akan membentuk karakter anak berdasarkan budaya dan tradisi Minang.

Testimoni wali murid menyebutkan bahwa ada perbedaan antara anak-anak yang sekolah disini dengan anak-anak yang belajar di sekolah umum.

"Orang tua yang memberikan testimoni kepada kita menyebutkan anak mereka lebih memiliki sikap yang baik dan rasa tenggang rasa, memiliki kreatifitas serta berani berpendapat," katanya.

Selanjutnya, ia menambahkan saat ini ada sekitar 80 orang anak yang terdaftar sebagi siswa, mulai dari pendidikan usia dini, sekolah dasar serta sekolah lanjutan berupa SMP dan SMA.

"Saat ini tercatat 63 orang di bangku Sekolah Dasar, delapan orang dari sekolah lanjutan atau SMP dan SMA serta sisanya dari PAUD," katanya.

Sementara itu, pelatih randai di Sekolah Alam Minangkabau, Henri mengatakan menemukan sesuatu yang berbeda dari anak-anak disini, sebab mereka begitu betah berada disekolah.

"Biasanya anak-anak itu jarang yang betah berada di sekolah, tetapi disini mereka berbeda, bahkan ada yang tetap memaksakan diri untuk datang ke sekolah sakali pun sedang sakit," katanya. (*)