Baznas Agam Salurkan Zakat Rp354 Juta

id zakat, baznas, agam

Baznas Agam Salurkan Zakat Rp354 Juta

Lubuk Basung, (Antara Sumbar) - Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menyalurkan zakat sebesar Rp354 juta kepada 217 mustahik atau penerima zakat di daerah itu.

"Zakat ini disalurkan di Masjid Nurul Falah Lubuk Basung pada Jumat (24/2) dan Kantor II Baznas Agam di Belakang Balok Kota Bukittinggi pada Sabtu (25/2)," kata Ketua Baznas Agam Isman Imran didampingi Staf Bagian Program Baznas Agam Dodi Mulya Putra di Lubuk Basung, Jumat.

Ia mengatakan penyaluran di Masjid Nurul Falah Lubuk Basung dengan dana sebesar Rp170 juta untuk 90 mustahik yang tersebar di Kecamatan Tanjung Raya, Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Palembayan, dan Ampek Nagari.

Sementara penyaluran di Kantor II Baznas Agam di Belakang Balok Bukittinggi dengan dana sebesar Rp183 juta untuk 127 mustahik tersebar di Kecamatan Ampek Angkek, Matur, Ampek Koto, Malalak, Palupuh, Sungai Pua, Baso, Tilatang Kamang, Kamang Magek, Banuhampu, dan Canduang.

"Zakat ini kami salurkan melalui program Agam makmur, Agam cerdas, Agam Peduli, Agam sehat, dan lainnya. Zakat ini setiap bulan kita salurkan," katanya.

Dengan disalurkan zakat ini, maka tidak ada lagi masyarakat yang tidak makan, anak putus sekolah dan sakit tidak terobati.

Ke depan, pihaknya berharap di Agam tidak ada lagi mustahik dan mereka yang menerima zakat ini akan menjadi muzaki atau wajib zakat.

"Ini harapan kami ke depan sehingga zakat yang dikumpulkan ini akan disalurkan kepada mustahik yang ada di kabupaten dan kota lainnya," ujarnya.

Zakat yang disalurkan ini berasal dari Aparatur Sipil Negara (ASN) di Agam, perusahaan dan perorangan.

Pada 2017, katanya, Baznas Agam menargetkan untuk menghimpun zakat, infak dan sedekah sebesar Rp10 miliar.

Salah seorang penerima zakat, Aswen (82), mengucapkan terima kasih kepada Baznas Agam yang telah menyalurkan zakat Rp1,8 juta.

Bantuan ini, katanya akan digunakan sebagai modal untuk mengembangkan usaha ternak ayam.

Dengan cara ini, maka dirinya tidak berharap lagi dengan anak-anaknya untuk biaya untuk kebutuhan sehari-hari setelah tidak bekerja lagi.

"Selama ini biaya untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari anak," katanya.

Sebelumnya, ia bekerja sebagai tukang ojek semenjak 1988 sampai 1995. Namun persaingan semakin banyak, maka ia memutuskan berhenti dan membantu istrinya atas nama Yusna berjualan makanan di Pasar Lama Lubuk Basung, akibat istrinya sudah sakit-sakitan.

Pada 2002, istrinya meninggal dunia sehingga usaha itu tidak dilanjutkan dan ia tinggal sama anaknya. (*)