Padang, (Antara Sumbar) - Sekretaris Komisi IV DPRD Sumatera Barat, Yulfitni Djasiran menyarankan pola pengelolaan budidaya keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Kabupaten Agam diganti menjadi masing-masing kelompok bergiliran dalam membudidayakan ikan.
Yulfitni di Padang, Kamis, mengatakan terjadinya kelebihan kapasitas selama ini karena keramba-keramba baru terus bertambah, dan bebas melakukan pembudidayaan sehingga menyebabkan pencemaran air di danau tersebut.
"Dengan diberlakukan sistem bergiliran maka pencemaran air danau tidak akan bertambah buruk," ujar dia.
Misalnya tahap pertama selama tiga bulan sebanyak tiga ribu kelompok pembudidaya diizinkan berbudidaya, kemudian sisanya melanjutkan pada tahap berikutnya, terangnya.
Jika hal ini dilakukan terus menerus, maka kapasitas Danau Maninjau dalam menampung KJA tidak akan berlebihan dan pencemaran tidak akan memburuk.
Ia mengatakan jika sistem seperti sekarang ini tidak diubah oleh pemerintah setempat, maka lama kelamaan Danau Maninjau akan kehilangan potensinya.
"Dampaknya pasti kepada masyarakat yang memanfaatkan air danau untuk keperluan sehari-hari," katanya.
Untuk itu pihaknya mendorong pemerintah Kabupaten Agam agar cepat mengambil kebijakan terkait KJA itu, agar pencemaran air oleh limbah dari KJA tidak semakin parah.
Berbeda dengan Yulfitni, Anggota Komisi V DPRD Sumbar, Endarmy menilai usaha KJA di Danau Maninjau sebaiknya dialihkan ke media lain seperti kolam dan air deras.
"Biaya pengelolaan keramba jaring apung tersebut cukup tinggi, dan risiko kematian ikan juga sangat rentan," katanya.
Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap usaha petani tersebut yang semakin tahun terus merugi, untuk itu ia menilai bahwa masyarakat harus lebih jeli melihat peluang dan keberhasilan usaha.
Sebelumnya pakar bidang lingkungan hidup dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Ardinis Arbain mengatakan gagalnya pemerintah untuk mengurangi jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau secara perlahan menyebabkan matinya potensi danau.
"Peristiwa ikan mati massal sudah dapat diprediksi karena adanya fenomena upwelling, bila terus begini tidak ada lagi potensi pada danau tersebut," katanya.
Menurutnya upwelling atau naiknya massa air dari lapisan dasar ke permukaan akibat adanya perbedaan suhu terjadi rutin seperti saat awal musim penghujan. (*)
Berita Terkait
Danau Talang yang memintal masa depan warga lebih sejahtera
Minggu, 10 Maret 2024 16:45 Wib
Danau Talang yang memintal mimpi masa depan
Kamis, 7 Maret 2024 7:49 Wib
Jadwal Minggu: Derby Manchester hingga potensi rekor NBA baru LeBron
Minggu, 3 Maret 2024 5:35 Wib
DKP Sumbar awasi penangkapan ikan endemik Danau Singkarak
Selasa, 20 Februari 2024 13:44 Wib
Warga Duo Koto Agam ditemukan meninggal dunia di Danau Maninjau
Selasa, 13 Februari 2024 13:01 Wib
Produksi ikan di Agam capai 30.660,68 ton selama 2023
Jumat, 9 Februari 2024 10:28 Wib
Festival lima danau Kabupaten Solok masuk kalender nasional KEN 2024
Senin, 29 Januari 2024 19:25 Wib
Penggunaan keramba jaring apung Danau Maninjau
Jumat, 29 Desember 2023 16:05 Wib