Mengembalikan Pasar Raya Jadi Pusat Perdagangan Sumbar

id Pembangunan, Pasar, Raya, Padang

Mengembalikan Pasar Raya Jadi Pusat Perdagangan Sumbar

Pembangunan pasar inpres blok III, Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Pasar Raya yang merupakan salah satu ikon destinasi belanja di Padang terus dibenahi untuk dikembalikan menjadi pusat jual beli masyarakat Sumatera Barat yang sempat tersemat pada masa pergerakan kemerdekaan RI hingga akhir 1990-an.

Sejatinya sejak didirikan oleh saudagar China, Lie Saay pada abad 19, Pasar Raya yang terletak di Kecamatan Padang Barat menjadi magnet perdagangan tersendiri bagi penjual dan pembeli dari empat provinsi, yakni Sumbar, Riau, Jambi dan Bengkulu.

Bahkan pada masa pemerintahan Wali Kota Padang Hasan Basri Durin yang dilanjutkan Syahrul Ujud pada awal 1980-an, Pasar Raya menjadi idola warga untuk berdagang dan membeli berbagai kebutuhan.

Akan tetapi Gempa 2009 di Padang menjadi titik nadir ribuan pedagang di Pasar yang letaknya di samping gedung Balai Kota lama tersebut.

Kehancuran ratusan kios di Pasar Raya akibat gempa melumpuhkan roda perekonomian di Padang, terlebih sebagian pedagang ikut menjadi korban gempa yang besarnya hingga 8 skala Richter (SR) tersebut.

Bukan hanya melumpuhkan kegiatan pasar namun juga menyebabkan kesemrawutan di beberapa lokasi seperti pasar inpres dan Pasar Sandang Pangan. Mulai dari ketidakteraturan berjualan, sampah yang bertebaran, lokasi kumuh ada genangan air sehingga tidak representatif untuk berjualan.

Mulai saat itu Pemerintah Kota Padang yang dikomandoi oleh Wali Kota Fauzi Bahar melakukan upaya serius untuk pembenahan Pasar Raya tersebut.

Pasar Inpres menjadi fokus perbaikan pemerintah karena mendapat imbas paling parah.

Tepat pada 2011 Fauzi Bahar yang pada saat itu bersama Wakil Wali Kota Mahyeldi meresmikan gedung blok I pasar inpres Padang yang menghabiskan anggaran hingga Rp42,3 miliar dengan jumlah lebih dari 700 kios.

Meski demikian dengan jumlah pedagang yang mencapai 2.000 orang, pembangunan gedung tersebut belumlah mencukupi terlebih jumlah pedagang terus bertambah akibatnya pedagang kaki lima menjamur di seantero Pasar Raya.

Hingga berakhirnya masa kepemimpinan Fauzi Bahar pada 2014 pembangunan di Pasar Raya cenderung stagnan, terlebih tidak adanya terminal yang dibangun menjadi Sentral Pasar Raya, lalu lalang angkutan kota semakin menjadikan pasar itu lebih semrawut.

Barulah pada saat Mahyeldi memenangi pertarungan dan menjadi wali kota pada 2014 pembangunan Pasar Raya mulai kembali dicanangkan melalui salah satu dari 10 program unggulannya.

Secara perlahan bersama Wakil Wali Kota Emzalmi, Mahyeldi melakukan penataan mulai dari pedagang, kios dan transportasi.

Relokasi pedagang dilakukan oleh Dinas Pasar ketika itu ke bangunan gedung Inpres I, kemudian menata pedagang yang berjualan di daerah yang menyebabkan kemacetan seperti di Simpang Kandang, dan Jalan Sandang Pangan.

Tidak hanya itu melalui kegiatan inspeksi mendadak dan razia, pemerintah menjaring pedagang yang menyalahi aturan berdagang, seperti pedagang kaki lima mulai depan pasar inpres hingga kawasan Permindo.

Dinas Pasar juga menata pedagang sesuai kebutuhan pembeli seperti penyamaan kios pakaian, makanan atau bahan bumbu dapur.

Bersamaan itu pemerintah juga mengebut pengerjaan bangunan Pasar Inpres untuk Blok II, III dan IV dengan gaya modern dan mengutamakan kenyamanan.

Barulah pada Februari 2016 gedung Inpres Blok II secara resmi digunakan untuk jual beli dengan corak perpaduan warna putih dan biru yang terdiri empat lantai. Di bawahnya ada basement serta terdapat kios, los, dan los meja batu, total ada 228 petak kios.

Kemudian pada Januari 2017 giliran Inpres Blok IV yang resmi digunakan oleh ratusan pedagang, dengan corak warna merah muda terang. Gedung ini khusus diperuntukkan pedagang ikan, daging dengan fasilitas utama salah satunya "shelter" atau tempat penampungan sementara dari bencana.

Pada peresmian tersebut Mahyeldi bertekad akan menjadikan Pasar Raya Padang sebagai salah satu destinasi wisata belanja bagi wisatawan dan juga berencana mengembalikan kejayaan Pasar Raya menjadi salah satu Pusat jual beli di Sumbar dan wilayah sekitarnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut Mahyeldi akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak seperti pengusaha, petani sebagai produsen, kemudian dengan pedagang sebagai distributor, dan pengawasan mulai dari BBPOM, Bulog.

Tidak hanya itu bersama kepolisian dan TNI pihaknya juga berkoordinasi terkait tindakan kericuhan, pencurian, premanisme dan penguatan keamanan lainnya.

Bahkan ke depan pihaknya akan bekerja sama dengan seluruh pimpinan instansi hingga kelurahan se-Sumbar.

"Langkah menata pasar tidak mudah namun secara bertahap akan kami maksimalkan upaya ke arah itu," kata dia.

Pasar Raya di Masa Depan

Saat ini pemerintah masih menunggu rampungnya satu gedung Pasar Inpres Blok III yang ditargetkan pada Maret 2017.

Meskipun demikian menurut Kepala Dinas Perdagangan Padang Endrizal masih banyak renovasi dan pembenahan pasar usai rampungnya Pasar Inpres.

Sejalan pembangunan Pasar Inpres pihaknya juga mempercantik dengan pembangunan Taman Kuliner sebagai lokasi tempat istirahat yang terletak tepat di depan bangunan Pasar Raya.

"Usai Inpres, masih ada pasar Fase bertingkat, Blok A, Merlin, Kopas dan penataan pada lingkungannya," katanya.

Khusus Pasar fase pembangunannya ditargetkan hingga 2020 dimana lelang investasinya telah mencapai Rp500 miliar.

Selain itu nantinya akan ada integrasi antara Masjid Taqwa yang berlokasi di depan Pasar Raya dengan Pasar Raya.

Hal ini juga sejalan dengan upaya pemerintah mengintegrasikan kegiatan jual beli dengan kegiatan agama seperti shalat.

"Di masa depan kegiatan jual beli akan berhenti saat waktu shalat, dan di lokasi dapat melaksanakan ibadah," ujar dia.

Disamping melakukan pembangunan gedung, pihaknya akan menata parkir, pengelolaan sampah, dan membangun terminal untuk memudahkan distribusi arus barang dan jasa.

Khusus parkir di masa depan, sistem parkir terukur atau parkir meter akan diterapkan sedangkan pengelolaan sampah akan menuju pada sistem terpadu.

Bukan hanya itu impian pemerintah ke depan mengintegrasikan Masjid Nurul Iman dengan pembangunan secara modern Pasar Raya.

"Mungkin saja nanti akan ada pusat pertokoan di bawah masjid, bergantung perencanaan ke depan," kata Endrizal yang sebelumnya menjabat Kepala Dinas Pasar tersebut.

Harapan Masyarakat

Harapan Pasar Raya menjadi salah satu Pusat Perdagangan di Sumbar terus bermunculan dari masyarakat, bahkan di antaranya kerap membandingkan pasar yang dibangun di perkampungan Jawa tersebut saat ini dan dahulu pada masa kejayaannya.

"Dulu hampir semua orang Melayu dan Jambi datang ke sini membeli buah dan kerajinan, saat ini sudah sulit menemukannya," kata Hasan Basri seorang warga yang pernah berdagang di Pasar Raya pada awal tahun 60-an tersebut.

Menurut mantan pedagang daging ayam tersebut, Pasar Raya dahulu cukup bersih dengan kios yang tertata rapi.

Bahkan, katanya, daerah Simpang Kandang yang saat ini kerap dihuni pedagang kaki lima dulu cukup rapi dengan pedagang yang teratur.

Warga lain Syafriadi juga mengatakan pada awal tahun 1990an Pasar Raya memiliki fasilitas lengkap dengan adanya terminal angkutan, tempat bermain anak, hingga tempat belanja yang nyaman.

Dia berharap pada masa depan Pasar Raya Padang mampu kembali mengalahkan Pasar Aur Kuning di Bukittinggi yang saat ini menjadi primadona masyarakat Sumbar berbelanja. (*)