Kerugian Akibat Bencana di Aceh Rp2,244 Triliun

id GEMPA PIDIE

Kerugian Akibat Bencana di Aceh Rp2,244 Triliun

(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Banda Aceh, (Antara Sumbar) - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh menyatakan total kerugian akibat bencana di provinsi ujung barat Indonesia tersebut pada tahun 2016 mencapai Rp2,244 triliun.

"Kami mencatat total kerugian akibat bencana di Provinsi Aceh mencapai Rp2,244 triliun. Ini merupakan jumlah yang besar," kata Direktur Eksekutif Daerah Walhi Aceh Muhammad Nur di Banda Aceh, Selasa.

Muhammad Nur mengatakan, kerugian terbesar terjadi di bencana gempa Pidie Jaya awal Desember lalu dengan nilai mencapai Rp1,854 triliun.

Kemudian, kerugian akibat bencana banjir yang terjadi di sejumlah daerah mencapai Rp375 miliar. Kerugian akibat angin kencang Rp9,7 miliar dan tanah longsor lebih dari Rp6 miliar.

Untuk bencana banjir, Walhi Aceh mencatat 2.000 rumah terendam, rumah rusak parah atau hilang mencapai 389 unit. Sawah terendam seluas 4.800 hektare, sawah rusak atau amblas mencapai 1.100 hektare.

Pengungsi akibat banjir mencapai 157 ribu jiwa lebih dan korban jiwa sembilan orang. Jalan rusak sepanjang 500 kilometer dan jembatan antarkecamatan rusak mencapai 10 unit. Serta sekolah yang terendam sebanyak 23 unit.

Sedangkan kerugian bencana longsor meliputi satu rumah rusak parah, jalan nasional tertimbun tanah di delapan titik, jalan nasional, kecamatan, dan desa masing-masing putus di dua titik.

Kemudian, tanggul jebol atau amblas sepanjang 150 meter, tiang listrik rusak atau tumbang sebanyak 13 titik. Serta korban luka-luka akibat longsor sebanyak tiga orang.

Sedangkan kerugian akibat angin kencang terdiri delapan rumah atapnya terbang. Rumah rusak berat 11 unit dan rusak ringan 39 unit. Serta tanaman jagung rusak berat mencapai 50 hektare.

Bencana angin kencang ini juga mengakibatkan tiga orang meninggal dunia, kapal motor rusak satu unit, dan sepeda motor tertimpa pohon tiga unit.

Muhammad Nur menyebutkan, penyebab bencana selain gempa dan angin yang terjadi di Aceh yakni rusaknya kawasan hutan serta alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan lainnya.

"Selain itu juga maraknya pembakaran lahan, perambahan hutan di hulu daerah aliran sungai dan galian C di aliran sungai, sehingga hilangnya resapan air," kata Muhammad Nur. (*)