Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2016 Diproyeksikan Lima Persen

id Sri Mulyani Indrawati

Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2016 Diproyeksikan Lima Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan proyeksi sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 bisa mencapai lima persen, atau lebih baik dari pencapaian tahun 2015 sebesar 4,8 persen.

"Perekonomian 2016 diperkirakan tumbuh lima persen, di bawah asumsi APBNP, namun relatif lebih baik dari tahun 2015 sebesar 4,8 persen," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers realisasi sementara APBN-Perubahan 2016 di Jakarta, Selasa.

Sri Mulyani menjelaskan perkiraan pencapaian itu termasuk yang terbaik diantara negara-negara G20 dan negara berkembang lainnya, yang sebagian besar masih terdampak oleh pelambatan perekonomian global.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen itu bisa tercapai dengan asumsi pada triwulan IV-2016 ekonomi tumbuh minimal 4,7 persen yang didukung oleh membaiknya konsumsi rumah tangga maupun sektor investasi.

"Konsumsi rumah tangga dan investasi masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, konsumsi pemerintah akan dipengaruhi belanja pemerintah pusat yang lebih rendah karena adanya penyesuaian anggaran," ujarnya.

Selain itu, kata Sri Mulyani, laju inflasi nasional juga memperlihatkan kinerja yang relatif terkendali sepanjang 2016, yaitu hanya mencapai 3,02 persen atau lebih rendah dari asumsi dalam APBNP sebesar empat persen.

"Tingkat inflasi 2016 sangat terkendali, karena didukung rendahnya harga komoditas serta langkah pemerintah dalam menjaga produksi dan memperbaiki arus distribusi, meski ada risiko seasonal dan gangguan pasokan akibat iklim," katanya.

Stabilitas ekonomi selama 2016, ujar Sri Mulyani, juga terlihat dari nilai tukar rupiah yang berada pada level Rp13.307 per dolar AS atau lebih kuat dibandingkan dalam asumsi APBNP sebesar Rp13.500 per dolar AS.

"Kesehatan fundamental ekonomi disertai berbagai langkah kebijakan seperti pemulihan kredibilitas pelaksanaan APBN serta pelaksanaan UU pengampunan pajak menjadi faktor penguatan rupiah," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga menyampaikan rata-rata realisasi asumsi makro lainnya pada 2016, yaitu suku bunga SPN 3 bulan 5,7 persen, harga ICP minyak 40 dolar AS per barel, lifting minyak bumi 829 ribu barel per hari dan lifting gas 1.184 ribu barel setara minyak per hari.

"Menghadapi kondisi makro 2016, yang terjadi akibat global yang melambat maupun ekonomi dalam negeri yang belum sepenuhnya pulih, defisit masih dijaga dalam batas aman sebesar 2,4 persen terhadap PDB," ujarnya. (*)