Apkasindo: Perkebunan Kelapa Sawit Perlu Inovasi

id perkebunan kelapa sawit

Jakarta, (Antara Sumbar) - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyatakan usaha perkebunan kelapa sawit di tanah air memerlukan pemikiran inovatif khususnya dari generasi muda untuk meningkatkan daya saing produknya di tingkat global.

Sekjen Apkasindo Asmar Arsyad dalam keterangannya di Jakarta, Senin, mengungkapkan saat ini perkebunan khususnya kelapa sawit mulai ditinggalkan generasi muda dan menyisakan orang-orang tua di dalamnya, padahal, faktanya berbisnis di bidang komoditas penghasil CPO tersebut sangat menarik dan menguntungkan.

"Perkebunan kelapa sawit membutuhkan pikiran-pikiran yang 'out of box' dari anak-anak muda untuk menciptakan perubahan wajah perkebunan kelapa sawit nasional." katanya.

Oleh karena itu, pihaknya mengapresiasi anak-anak muda yang tertarik berbisnis di bidang kelapa sawit karena dengan adanya spirit orang muda dalam pengembangan sawit diharapkan dapat mendongkrak daya saing kelapa sawit melalui inovasi, kreativitas serta aplikasi teknologi terkini khususnya di bidang IT.

Kehadiran para sawitpreneur, tambahnya, diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan di dalam negeri, serta, dapat mendorong perbaikan produktivitas serta citra kelapa sawit nasional.

Sementara itu, Eko Darmawan, direksi sebuah perusahaan kelapa sawit menyatakan, menjadi sawitpreneur adalah sebuah pilihan bagi anak-anak muda yang selama ini masih cenderung menjadikan usaha properti dan investasi keuangan sebagai pilihan utama.

Pasalnya uang yang beredar di perkebunan kelapa sawit cukup besar, di sisi lain perkebunan kelapa sawit masih menghadapi sejumlah permasalahan, mulai dari produktivitas yang rendah hingga larangan pemanfaatan lahan gambut atau hutan untuk pengembangan sawit. Sehingga upaya peningkatan produksi hanya bisa dilakukan melalui intensifikasi.

"Sayangnya belum banyak generasi muda yang menyadari dan mengetahui peluang di bidang jasa perkebunan kelapa sawit. Seminar terkait sawitpreneur juga belum sering diselenggarakan. Padahal modal yang diperlukan untuk menjadi sawitpreneur tidak terlalu besar khususnya bentuk usahanya adalah penyedia jasa bagi perkebunan kelapa sawit," katanya.

Dia mengungkapkan rahasia menjadi sawitpreneur yang sukses adalah mampu melihat kebutuhan pekebun, lalu mampu membangun networking secara global.

"Adakalanya kita tidak perlu menciptakan teknologi baru namun cukup mendatangkan teknologi dari luar yang sudah teruji untuk kemudian dikembangkan di dalam negeri. Selain itu, munculnya berbagai masalah pada perkebunan kelapa sawit seringkali menciptakan peluang baru bagi para penyedia jasa perkebunan," kata Direktur Bisnis PT Mitra Agro Servindo.

Menurut dia, Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia dan pada 2016, industri sawit Indonesia tetap menjadi andalan memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini, lanjutnya, menciptakan peluang bagi anak-anak muda yang ingin berbisnis di sektor jasa pendukung perkebunan kelapa sawit.

Volume ekspor CPO 2015 mencapai 32,5 juta ton dengan nilai ekspor tercatat mencapai 26,4 juta dolar AS, namun Eko menambahkan, produktivitas kelapa sawit nasional masih relatif rendah sehingga hal itu menciptakan peluang bagi para pengusaha muda yang ingin berbisnis di bidang jasa pendukung perkebunan kelapa sawit. (*)