Menko PMK : Pembelajaran Sejarah harus Diubah

id puan maharani

Menko PMK : Pembelajaran Sejarah harus Diubah

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani. (ANTARA FOTO)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengatakan pembelajaran sejarah hendaknya tidak lagi dilakukan dengan cara yang membosankan seperti buku teks namun harus dengan cara yang lebih kreatif.

"Pembelajaran sejarah hendaknya dilakukan tidak lagi dengan sekadar membaca buku teks atau dengan cara yang membosankan, melainkan dilakukan dengan cara yang lebih menyenangkan," ujar Puan usai membuka Konferensi Nasional Sejarah (KNS) X dengan tema "Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah" di Jakarta, Senin.

Untuk itu dia meminta para guru untuk lebih kreatif dalam mengajarkan sejarah pada muridnya. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini, lanjut Puan, kurang memahami sejarah. Akibatnya, rasa nasionalisme sedikit demi sedikit terkikis dan muncul ketidakpedulian terhadap kemajuan bangsanya karena cenderung memikirkan nasib sendiri dan golongannya.

Menteri Puan juga mengingatkan bahwa sejarah merupakan cerminan perjalanan dan dinamika sebuah bangsa yang berbudaya. Dengan mempelajari sejarah, orang dapat menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia beserta peradaban yang dibangunnya sehingga lebih bijaksana dalam menghadapi masa depan.

"Bung Karno mengingatkan untuk jangan sekali-kali melupakan sejarah," lanjut dia.

Konferensi tersebut, lanjut dia, merupakan upaya kita bersama untuk menempatkan peran sejarah secara lebih proporsional dalam pembangunan karakter manusia Indonesia, bukan sekedar menjadi buah bibir akan tetapi juga tercermin di dalam perilaku masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menko Puan menjelaskan, sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa maritim yang memiliki potensi sumberdaya laut yang kaya dan budaya bahari yang unggul di masa lalu, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.

"Presiden Soekarno pada Pembukaan Munas Maritim Pertama tahun 1963 menyatakan, kembalilah menjadi bangsa Samudra! Seruan tersebut penting untuk dilaksanakan guna mewujudkan etos budaya maritim dalam mendukung program Pemeritah untuk membangun Poros Maritim Dunia bagi kesejahteraan dan keunggulan Indonesia sebagai bangsa bahari," jelas Puan.

Konferensi Nasional Sejarah (KNS) X 2016 dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy bersama pejabat Eselon I Kemendikbud, Perwakilan dari Philippine Historical Association, Persatuan Sejarah Malaysia, peneliti dari Pusat Sejarah TNI, dan para sejarawan dari berbagai bidang lainnya.

Konferensi Nasional Sejarah sendiri sudah terlaksana sejak 1957 serta mendapat sambutan yang baik dari Pemerintah serta para pelaku sejarah, kelompok ahli sejarah, dan peminat sejarah.

"Pengembangan kesadaran masyarakat dan bangsa akan sejarah dan kekayaan alam maritim Indonesia, harus terus didorong sebagai upaya untuk menyelamatkan, melestarikan, dan memanfaatkannya demi tercapainya masyarakat Indonesia sebagai bangsa bahari yang adil, makmur dan sejahtera," lanjut Puan.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, Konferensi Nasional Sejarah digelar lima tahun sekali, diikuti dosen, guru, dan komunitas sejarah dari berbagai kalangan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk medekatkan sejarah kepada masyarakat, bukan sekedar ilmu, namun juga memperkuat titik tolak pembentukan karakter bangsa di masa mendatang.

"KNS X mengambil tema bahari, karena kita harus kembali melihat laut. Bukti kejayan kita di laut, tentu harus diulang dan melalui peran pendidikan baik formal maupun non formal," ujar Muhadjir.

Muhadjir juga mengajak masyarakat untuk memahami visi kelautan. Ini relevan dengan paradigma pendidikan berkarakter, dari pendidkan dasar dan menengah. Tak hanya padat ceramah tapi padat kegiatan. (*)