Terumbu Karang Perairan Laut Sumbar Terancam Punah

id Terumbu Karang

Terumbu Karang Perairan Laut Sumbar Terancam Punah

Terumbu karang yang mulai rusak. (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumatera Barat, Yosmeri menyatakan terumbu karang di perairan laut Sumbar terancam punah, bahkan saat ini yang benar-benar bagus kondisinya hanya tersisa antara 10 sampai 20 persen.

"Hasil monitoring terumbu karang di perairan laut Sumbar sudah berada pada tahap mengkhawatirkan," kata dia di Padang, Selasa.

Ia menyebutkan rusaknya terumbu karang di perairan laut Sumbar, secara umum disebabkan efek gangguan iklim yang terjadi belum lama ini, sehingga sulit diantisipasi sebelumnya.

Naiknya suhu air laut menyebabkan terumbu karang memutih atau disebut 'coral bleaching' terjadi pada sebagian besar perairan laut Sumbar.

Selain itu perilaku masyarakat juga berdampak sangat besar terhadap musnahnya terumbu karang tersebut.

"Misalnya wisatawan menginjak terumbu karang, atau sengaja mematahkan terumbu karang untuk berfoto sehingga mengancam kelangsungan hidup biota bawah laut tersebut," kata dia.

Kemudian perilaku nelayan yang tidak mematuhi standar melaut, menangkap ikan dengan menggunakan putas, bahan peledak, dan pukat harimau menyebabkan hancurnya terumbu karang.

"Pola hidup masyarakat membuang sampah sembarangan ke laut, dan ke aliran sungai yang bermuara ke laut telah merusak perkembangan terumbu karang," ujar dia pula.

Ia menjelaskan jika terumbu karang ini mati, akan berdampak sangat besar terhadap biota laut seperti ikan yang tinggal dan hidup di sana.

"Jika terumbu karang habis, maka tidak akan ada lagi ikan di laut yang hidup, sehingga akan berdampak pada nelayan dan masyarakat yang membutuhkan ikan," jelasnya.

Terumbu karang, kata dia, memiliki banyak fungsi untuk mereduksi sinar matahari sehingga suhu di bawah laut tetap terjaga agar biota laut bisa hidup dan berkembang.

Untuk mengatasi punahnya terumbu karang ini lanjut dia, DKP Sumbar telah melakukan transplantasi terumbu karang di beberapa pulau di Sumbar seperti Pulau Pieh dan Pulau Sironjong.

"Cakupannya memang tidak luas dikarenakan biayanya sangat besar, namun ini adalah momentum untuk menyosialisasikan kepada masyarakat agar menjaga terumbu karang," katanya.

Selain itu DKP juga bekerjasama dengan beberapa biro perjalanan untuk ikut menyosialisasikan kepada wisatawan agar tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak ekosistem bawah laut.

"Kita berharap dengan sosialisai tersebut terumbu karang dapat tumbuh kembali dan terjaga kelestariannya," ujarnya.

Salah seorang mahasiswa pecinta alam asal Universitas Andalas (Unand) Padang, Raudhah (21) mengaku prihatin dengan kondisi terumbu karang yang hampir punah tersebut.

"Bumi ini sudah semakin tua supaya bisa bertahan lebih lama, seharusnya kita sebagai penerusnya bisa menjaganya baik-baik," katanya.

Menurutnya perubahan iklim baru-baru ini yang menyebabkan pemutihan terumbu karang tidak sepenuhnya alami, ada campur tangan manusia di dalamnya.

Karena itu yang paling penting adalah sikap manusia dalam memperlakukan alam harus diperbaiki. Perlu menumbuhkan kesadaran bahwa jika biota laut itu mati yang rugi adalah manusia itu sendiri. (*)