Penyebaran HIV/AIDS Solok Selatan karena Seks Bebas

id HIV/AIDS, penyebaran, Solok Selatan

Penyebaran HIV/AIDS Solok Selatan karena Seks Bebas

Ilustrasi.

Padang Aro, (Antara Sumbar) - Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mencatat 26 orang penderita Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang dominan penyebarakan karena seks bebas.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan Novirman di Padang Aro, Kamis, mengatakan dari 26 orang yang tercatat menderita penyakit berbahaya tersebut 16 orang didapat karena seks, enam orang tertular dari orang tua atau suami maupun istri serta dua orang disebabkan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dan dua lagi terlibat narkoba.

"Seks bebas mendominasi penyebaran virus HIV bagi penderita di Solok Selatan dan sekarang mereka harus meminum obat setiap hari untuk teta bertahan hidup," katanya.

Dari 26 orang yang menderita HIV/AIDS tersebut, katanya delapan orang sudah meninggal dunia dan 16 orang diberikan Anti Retro Viral (ARV) untuk mencegah berkembangnya virus HIV.

Penderita penyakit berbahaya tersebut, imbuhnya ada yang hanya terkena HIV saja atau HIV/AIDS serta Tubercolosis/HIV.

Dia menyebutkan penderita HIV/AIDS di Solok Selatan didominasi usia yang masih tergolong produktif yaitu antara 17-43 tahun.

"Sekarang ini juga ada balita berusia 4,5 tahun serta kakanya yang tertular dari orang tuanya yang positif HIV/AIDS," katanya.

Balita tersebut, ujarnya selain menderita HIV/AIDS juga menderita gizi buruk sebab daya tahan tubuhnya tidak sama dengan anak normal lainnya.

Sekarang, katanya, penderita HIV/AIDS rutin mengambil obat ke provinsi setiap satu bulan sekali dan meminumnya setiap hari.

Ia menjelaskan bagi penderita TB/HIV ada 13 macam obat yang harus diminum setiap hari sedangkan bagi HIV/AIDS ada sembilan jenis.

Sedangkan untuk balita, katanya obatnya langsung diracik dan dosisnya disesuaikan dengan usianya.

Sekarang ada dua orang yang dibatu pemerintah setempat biaya transportasi untuk mengambil obat ke provinsi karena mereka berasal dari keluarga kurang mampu.

"Sebetulnya penderita HIV/AIDS didominasi orang kurang mampu tetapi mereka malu melaporkannya pada pemerintah," katanya.

Dia menambahkan penderita HIV/AIDS juga ada yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang usianya masih muda serta satu orang mahasiswa yang baru berusia 20 tahun. (*)