Dinsosnakertrans Solok Selatan: 2.000 Anak Putus Sekolah

id Anak pekerja tambang

Padang Aro, (Antara Sumbar) - Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, mencatat 2.000 anak di daerah itu putus sekolah dan sekarang bekerja sebagai petani atau pun di pertambangan.

"Tahun ini kita mengembalikan 63 anak ke bangku sekolah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) untuk mengurangi secara bertahap pekerja anak, dan mereka mendapatkan haknya mengenyam pendidikan," kata Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan Hubungan Industrial dan Penyidikan Ketenagakerjaan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat, Nurasidin Pangabean, di Padang Aro, Jumat.

Dia mengatakan, Solok Selatan sudah mengembalikan 123 pekerja anak untuk kembali bersekolah yang terdiri dari 2015 sebanyak 60 orang dengan tujuh pendamping dan tahun ini 63 orang dengan sembilan pendamping.

"Tahun depan kita mengusulkan kepada pemerintah pusat agar bisa menyelamatkan 200 pekerja anak untuk bisa kembali ke sekolah," katanya.

Ia menyebutkan, untuk 2017 bukan hanya mengembalikan anak ke bangku sekolah tetapi akan dikembangkan tiga metode baru agar usai diberikan bantuan mereka tidak kembalii bekerja, tetapi melanjutkan pendidikan.

Yang pertama katanya, dilaksanakan program ekonomi produktif dimana perekonomian keluarga anak akan dikembangkan sehingga anak tersebut tidak perlu lagi bekerja dan bisa fokus melanjutkan pendidikan.

Untuk melaksankan program ini katanya, akan dilakukan kerjasama dengan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan setempat.

Yang kedua katanya, akan didesain bagaimana agar anak yang dikembalikan ke sekolah bisa mendapat beasiswa dan akan dilakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan setempat untuk merealisasikannya.

Terakhir katanya, upaya yang akan dilakukan adalah meningkatkan akses kesejahteraan keluarganya seperti masuk dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

"Kita berharap program ini bisa berjalan baik sehingga anak yang sudah dibantu bisa fokus sekolah sehingga jumlah pekerja anak di Solok Selatan bisa ditekan," katanya.

Sementara itu, tokoh masyarakat Sangir Erizal mengatakan, pekerja anak terjadi karena ekonomi keluarga yang kurang baik sehingga sektor ini harus diperbaiki.

"Ekonomi masih jadi alasan utama sehingga anak membantu orang tua bekerja dan imbasnya bisa putus sekolah selain jadi tulang punggung keluarga juga bisa mereka sudah menikmati bagaimana mendapatkan sendiri uang dan bebas menggunakannya," jelasnya. (*)