Bertualang Menaklukan Ganasnya Ombak Mentawai

id mentawai

Bertualang Menaklukan Ganasnya Ombak Mentawai

Lima pemain jetski menempuh perjalanan dari Padang menuju Siberut. (foto Ikhwan Wahyudi)

Padang, (Antara Sumbar) - Jauh, ombak besar, Samudra Hindia, transportasi sulit, itulah persepsi yang berkembang di benak publik saat mendengar kata Mentawai.

Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat memang terletak memanjang di sisi paling barat pulau Sumatera yang dikelilingi Samudra Hindia sehingga akses menuju bumi Sikerei itu dikenal cukup sulit.

Jika hendak ke daerah itu harus menempuh perjalanan laut dari Padang delapan hingga 10 jam menggunakan kapal dari Pelabuhan Bungus atau Pelabuhan Muara Padang.

Itu pun tidak setiap hari ada kapal yang berangkat, belum lagi jika sedang musim angin barat yang berimbas pada ganasnya gelombang laut membuat para nakhoda berpikir ulang.

Namun dibalik beratnya medan menuju Mentawai tersimpan potensi wisata bahari yang selama ini mungkin tak begitu populer di dalam negeri, namun amat tersohor di luar negeri.

Ini dibuktikan dari data yang dihimpun Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Mentawai pada 2015 ada 2.500 kunjungan wisatawan mancanegara ke Mentawai untuk berselancar.

Bahkan di kalangan peselancar hafal betul bahwa Mentawai merupakan surga berselancar dengan ombak yang tak kalah luar biasa.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Mentawai Desti Semionora menyebutkan ada 23 jenis ombak berstandar internasional, di antaranya ebay, pictop, beng-beng, vavuf, nippusy, kandui right, kandui left, four bob, cabies, promises, buger wovwt kendi left, mainuk left, telescope, scare crow, ice land, lences left, lences right, maccaronis, rock, thunders, holde, dan disco.

Dalam rangka mempromosikan Mentawai sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang harus diperhitungkan para pegiat pariwisata di Sumbar menggagas kegiatan yang bertajuk Jetski Touring Muaro-Mentawai-Mandeh pada Februari lalu.

Pandangan yang berkembang selama ini bahwa Mentawai memiliki akses yang sulit berhasil dibantah oleh lima pengendara jetski.

Memakai mesin jet air berkapasitas 1.100 cc mereka menaklukan gelombang Samudra Hindia dari Padang menuju Siberut salah satu pulau di Mentawai.

Berangkat dari Dermaga Muaro Padang pada 27 Februari 2016, hanya butuh waktu empat jam mencapai Siberut yang berjarak 87 mil laut dengan kecepatan rata-rata sekitar 45 kilometer per jam.

Diiringi dua kapal lima pengendara jetski tersebut dengan berani merasakan gelombang dan birunya Selat Mentawai.

Melalui kegiatan yang bertajuk Jetski Touring Muaro-Mentawai-Mandeh, pada rider menjawab keraguan banyak pihak apa mungkin ke Mentawai mengendarai jet air.

Mungkin ada sebagian orang yang mengatakan apa mungkin menggunakan jetski ke Mentawai, nekat sekali hendak menyabung nyawa melawan ganasnya ombak samudra.

"Alhamdulillah selama perjalanan cuaca cukup mendukung, sesuai rencana jarak tempuh Padang-Siberut berhasil sejauh 86 mil dapat ditempuh dalam waktu empat jam," kata Koordinator Kegiatan Jetski Touring Muaro-Mentawai-Mandeh Nofrins Nafilus.

Menurutnya keberhasilan tur pada hari pertama ini menepis pandangan orang bahwa jetski hanya olahraga air untuk di tepi pantai, buktinya Padang-Siberut yang berjarak 86 mil laut dapat ditempuh menggunakan jetski.

Selama perjalanan lima pemain jetski diiringi kapal motor Cahaya dan boat amphibi berangkat dari dermaga Muaro Padang pada pukul 7.30 WIB dan tiba di Kandui Villas Siberut pada pukul 12.30 WIB.

Begitu keluar Muaro Padang, jetski sempat melakukan manuver di Tugu Iora kawasan Pantai Padang dan melanjutkan perjalanan menuju Siberut yang dikendarai Dhoni Putra, Junaidi Tjoa, Ade, Raynul Mihiko dan Tasman.

Dalam perjalanan jetski melakukan pengisian bahan bakar sebanyak dua kali dan pergantian sejumlah pengendara.

Novrin menceritakan ide awal kegiatan ini adalah saat pelaksaan Tour de Mandeh yang juga melibatkan jetski kala itu mengambil rute dari Padang menuju Mandeh, Pesisir Selatan.

Selama ini orang memandang Mentawai itu masih jauh sehingga enggan untuk berkunjung ke sana walaupun pemandangannya bagus, kata dia.

Akhirnya muncul gagasan bagaimana kalau mengelar tur menggunakan jetski untuk membuktikan Mentawai itu dekat bahkan dengan jetski saja dapat ditempuh, lanjutnya.

Ternyata, lanjut Nofrins gagasan tersebut mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata dan sejumlah pihak.

Sementara salah seorang pengendara jetski Rayhanul mengatakan selama dalam perjalanan rata-rata kecepatan mencapai 45 kilometer per jam.

Selama dalam perjalanan tidak ada masalah, hanya perlu isi bahan bakar dua kali, untung cuaca baik, ujarnya.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh pegiat pariwisata Sumbar tersebut didukung oleh Kementerian Pariwisata, Pemerintah Kepulauan Mentawai, Pemkab Pesisir Selanat, Satuan Keamanan Laut Lantamal II Padang, Kandui Vilas, BNPB, KM Cahaya dan KM Dhivara.

Pada hari kedua Rombongan jetski touring Muaro-Mentawai--Mandeh berhasil menjajal rute Siberut, Kabupatan Kepulauan Mentawai menuju kawasan wisata Bahari Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan yang berjarak sekitar 76 mil laut menggunakan jetski dengan waktu tempuh selama lima jam.

Kendati di tengah perjalan ada beberapa gangguan teknis lima pengendara jetski akhirnya tiba di kawasan Mandeh pada pukul 13.30 WIB.

Dibandingkan hari pertama tour yang menempuh rute Padang-Siberut pada hari kedua gelombang laut lebih tinggi sehingga perjalanan lebih lambat.

Selain itu ada satu jetski yang mengalami kebocoran sehingga harus diperbaiki di tengah laut, namun Alhamdulillah semua sampai dengan selamat.

Kelima jetski yang berangkat dari Kandui Villas Siberut pada pukul 08.30 WIB tersebut mengisi bahan bakar sebanyak dua kali dalam perjalanan dan langsung menuju Kawasan Mandeh.

Penggagas kegiatan Andrinof Chaniago kegiatan tur menggunakan jetski dari Muaro menuju Mentawai hingga Mandeh merupakan terobosan yang dilakukan untuk pengembangan wisata maritim di Sumbar.

Ini kegiatan pertama dan semoga menginspirasi yang lain, ujarnya.

Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet menyatakan masyarakat Mentawai sangat terbuka terhadap wisatawan baik lokal maupun mancanegara.


"Masyarakat Mentawai itu elegan, tidak muluk-muluk dan sampai sekarang saya melihat mereka selalu terbuka kepada wisatawan, salah satu contohnya, jika ada wisatawan yang ingin tahu bagaimana kehidupan dan budaya masyarakat Mentawai mereka langsung menunjukkannya," kata dia.

Ia menyebutkan Mentawai memiliki sekitar 400 titik berselancar yang dapat mendukung bisnis pariwisata.



"Sebanyak 23 dari 400 titik itu memiliki ombak berskala internasional," katanya.

Secara umum, ia mengklaim ombak di Kepulauan Mentawai merupakan terbaik kedua di dunia setelah Hawai.

"Potensi Mentawai sangat besar, apalagi wisatawan mancanegara yang berkunjung menikmati ombak dan berselancar itu mencapai 7.000 orang," katanya. (*)