Perikanan Indonesia Raih Potensial Transaksi Miliaran Dolar

id Perikanan Indonesia

Beijing, (Antara Sumbar) - Produk perikanan Indonesia meraih potensial transaksi 3,7 juta dolar AS atau Rp49,6 miliar pada pameran 3rd China International Aquatic Products Exposition (CIAPE), di Zhanjiang, Tiongkok, 18-20 Juni 2016.

Atase Perdagangan KBRI Beijing, Dandy S Iswara kepada Antara, Rabu mengemukakan pada pameran tersebut, Indonesia diwakili sepuluh perusahaan produk perikanan.

Kesepuluh perusahaan tersebut adalah PT Medan Tropical Canning and Frozen Industries, PT Inti Luhur Fuja Abadi (Ilufaseafood), PT Madsumaya Indo Seafood, PT Nusantara Alam Bahari, CV Bintang Mandiri Waskito, PT Samudra Kencana Mina, PT Bumi Menara Internusa, PT Indoboga Jaya Makmur (Seafer), PT Cahaya Bahari Belitung, dan PT SK Foods Indonesia.

Permintaan produk perikanan Indonesia dari importir dan distributor di Tiongkok, didominasi produk udang jenis vaname, cumi beku, ikan jenis skipjack, dan ikan tuna, ungkapnya.

Dandy menambahkan, produk perikanan Indonesia juga diminati pada pameran 11th China (Fuzhou) International Fisheries Expo (FIFE), di Fuzhou, 3 hingga 5 Juni 2016.

Dalam kegiatan tersebut, tercatat potensi kontrak dagang dan retail selama pameran sekitar 632 ribu dolar AS atau Rp8,6 miliar.

"Nilai tersebut didapat dari potential buyers yang berasal dari beberapa perusahaan distributor, hotel restoran kafe (Horeka), dan juga perusahaan pengolahan yang melihat potensi produk perikanan Indonesia memiliki kualitas terbaik dan juga diminati pasar di kota Fuzhou dan sekitarnya," kata Dandy.

Perusahaan perikanan yang berpartisipasi untuk mempromosikan produk perikanan Indonesia di Fuzhou yaitu PT. Central Proteinaprima Tbk. (produk udang beku, dan makanan olahan dari ikan); PT. Charly Wijaya Tuna (produk ikan tuna dan ikan beku); dan Asosiasi Rumput Laut Indonesia-ARLI (produk rumput laut kering, tripang, dan karaganen). ARLI pada kesempatan ini membawa tiga anggota mereka yakni CV. Persada Semesta, PT. Rika Rayhan Mandiri, dan PT. Phoenix Jaya.

Dandy mengemukakan Kota Fuzhou dan Zhanjiang dikenal sebagai pusat kota perikanan. Fuzhou adalah kota pelabuhan penangkapan ikan, sedangkan Kota Zhanjiang dikenal sebagai pusat produksi udang Tiongkok.

"Sehingga partisipasi Indonesia pada pameran perikanan di kedua kota tersebut menjadi bagian penting dari pertumbuhan pasar produk perikanan di Tiongkok," tuturnya.

Dandy menambahkan, pasar perikanan Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan menjanjikan untuk dilakukan penetrasi oleh Indonesia.

Data perdagangan Kantor Bea Cukai Tiongkok menyebutkan produk impor perikanan di Tiongkok pada April 2016 mencapai nilai 2,11 miliar dolar AS, atau naik 2,22 persen dibandingkan periode sama 2015, sebesar 2,07 miliar dolar AS.

Indonesia menempati peringkat kelima dengan nilai 112,31 juta dolar AS, atau mengalami peningkatan 46,54 persen dibandingkan impor periode sama 2015 yaitu sebesar 76,64 juta dolar AS, dengan share pasar 5,32 persen.

Data yang sama, produk perikanan Indonesia mengalami peningkatan signifikan, khususnya untuk produk udang, cumi, lobster, dan ikan beku. Dari produk hasil perikanan Indonesia, jumlah penyumbang terbesar adalah produk cumi dengan nilai mencapai 37,66 juta dolar AS, naik 132,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan menempatkan Indonesia sebagai importir pertama dengan share 47.67 persen.

"Masyarakat Tiongkok sangat gemar mengkonsumsi ikan dan udang. Hampir setiap restauran menyediakan menu produk perikanan dari ikan, udang, cumi, lobster, kepiting, kerang, hingga gurita. Hal tersebut merupakan peluang yang sangat menjanjikan, didorong bertambahnya penduduk dan kemampuan `spending masyarakat Tiongkok," ungkap Dandy. (*)