Pemuda Minangkabau Saiyo Sakato Tolak Komunisme

id Komunisme, Deklarasi, Penolakan

Pemuda Minangkabau Saiyo Sakato Tolak Komunisme

Deklarasi penolakan komunisme. (antarasumbar/sultan andre)

Padang, (Antara Sumbar) - Ketua Bela Negara Sumatera Barat, Kolonel Inf (Purn) Amir Sarifuddin, mengatakan penyebaran ideologi komunisme sudah ada di Indonesia dari tahun 1913 di masa penjajahan Belanda yang dilakukan secara klandestin dan dalam suatu perkumpulan kecil yang saling terintekoneksi untuk membuat suatu pemberontakan.

Amir Sarifuddin saat menjadi narasumber dalam kegiatan Talkshow yang mengangkat tema "Pancasila dan Minangkabau Saiyo Sakato Melawan Komunisme" di gedung Seminar F Universitas Andalas, Padang, Kamis, menjelaskan pemberontakan pertama komunisme yang besar terjadi pada tahun 1927 di daerah Silungkang, Kota Sawahlunto, Sumbar, dan diteruskan dengan pemberontakan komunisme lainnya diantaranya pemberontakan Madiun tahun 1948, pemberontakan G30S/PKI.

"Dan yang saat ini terjadi adalah embrio dari upaya pengembangan kembali ideologi komunisme di Indonesia," ujarnya.

Ia menjelaskan, kelompok komunisme selalu menggunakan gaya memutarbalikkan fakta, membenturkan adat dan agama, termasuk tragedi G30S/PKI yang menyudutkan TNI-AD.

Sedangkan perkembangan terakhir dari kegiatan Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965, katanya, diklaim ada sekitar 22 titik kuburan massal korban kekerasan HAM tahun 1965 di Sumbar.

Namun mereka tidak melihat kekejaman yang dilakukan terhadap keluarga tentara dan ulama serta tokoh adat di Prov. Sumbar. Seluruh upaya yang dilakukan oleh kelompok komunisme tersebut hanya berlandasan dendam, sehingga diharapkan kelompok-kelompok seperti Sekber 65, YPKP, dan lainnya dibubarkan, tegasnya.

Ia mengatakan, pemahaman tentang bahaya komunisme saat ini terdapat keraguan, terutama di kalangan generasi muda.

Selain itu, katanya menambahkan, nilai-nilai yang terkandung di Pancasila sudah mulai terkikis di kalangan generasi muda, sehingga paham komunisme dapat masuk mendoktrin para generasi muda.

Untuk itu, sudah seharusnya Pancasila dikembalikan lagi sebagaimana fungsinya, serta film tentang kekejaman G30S/PKI kembali diputar setiap memperingati pemberontakan PKI, agar para generasi muda memahami dengan jelas kekejaman yang telah dilakukan oleh kelompok komunisme di Indonesia, pugkasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unand, Prof.Dr. Phil Gusti Asnan. Ia mengatakan bahwa dalam penelitian yang telah dilakukan dinyatakan Minangkabau memang dianggap dapat menangkal bahayanya ideologi komunisme.

"Namun wilayah Minangkabau juga dapat dijadikan ladang subur untuk berkembangnya komunisme," ujarnya.

Hal tersebut, katanya, ditinjau dari beberapa fakta yang pernah terjadi di sekitar tahun 1950 an diantaranya, tokoh-tokoh besar komunis berasal dari Minangkabau seperti Haji Ahmad Khatib alias Haji Datuk Batuah yang dijuliki Haji Merah, Tan Malaka dengan Madilog nya, serta PKI pada pemilu tahun 1955 menduduki posisi nomor 3 setelah Masyumi dan Perti, meskipun di tingkat nasional PKI berada di posisi nomor 4.

Ia menjelaskan, pergerakan PKI pada tahun 1950an menjadikan adat dan agama sebagai mesin politik. Islam dan Minangkabau dijadikan bagian mesin politik dengan membuat partai-partai lokal seperti Partai Adat dan Partai Lokal Islami.

Katanya menambahkan, komunisme dengan PKI selalu muncul disaat negara sedang lemah, sehingga upaya membangkitkan kembali komunisme di Indonesia saat ini mengindikasikan Indonesia dalam keadaan lemah secara ekonomi, ideologi Pancasila maupun nasionalisme.

Untuk itu, pemutaran film G30S/PKI dan pembelajaran tentang kekejaman PKI harus kembali digaungkan, dan pada dasarnya pemberhentian pemutaran film G30S/PKI tersebut akibat terlalu mengeneralisirnya gerakam anti Soeharto yang terjadi pasca gerakan reformasi 1998, pintanya.

Co-Founder Minangkabau Institute, Reido Deskumar mengatakan bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang harusnya menjadi pedoman tatanan kehidupan bagi masyarakat. Khususnya di Minangkabau, Pancasila sangat erat keterkaitannya dengan falsafah adat basandi syarak syarak basandi kitabullah.

"Suatu hal yang mendasar untuk diketahui adalah di dalam adat Minangkabau terdapat unsur-unsur persamaan dengan pokok-pokok Pancasila," katanya.

Ia mengatakan, para pemuda Minangkabau mempunyai peranan penting dalam bangsa Indonesia, termasuk memberikan edukasi yang mampu menyampaikan dan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila serta menyatakan melawan ideologi komunisme.

Komunisme tidak dapat diterima di Indonesia karena Indonesia mempunyai ideologi tunggal yakni Pancasila. Namun upaya membangkitkan kembali komunisme tersebut terus mereka dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya, gerakan simbol trendy menggunakan kaos palu arit, hingga kader-kader komunis masuk ke ranah legislatif, yudikatif maupun eksekutif, ujar mantan Presma BEM KM Unand.

Untuk itu, pemutaran film G30S/PKI serta pembelajaran sejarah tentang kekejaman komunisme di Indonesia harus kembali digalakkan, tutupnya.

Dalam akhir kegiatan Talkshow, para mahasiswa mendeklarasikan penolakan terhadap paham komunisme di Sumatera Barat. (*)