Sebagian Umat Islam Laksanakan Shalat Gerhana

id shalat gerhana, gerhana matahari

Jakarta, (AntaraSumbar) - Gerhana matahari total maupun sebagian yang melintas di langit Indonesia, Rabu pagi, tidak hanya disambut euforia dengan mengadakan nonton bersama, tetapi juga dengan melakukan shalat gerhana matahari oleh sebagian umat Islam.

Masjid Istiqlal Jakarta merupakan salah satu lokasi shalat gerhana yang bisa menjadi tujuan umat Islam di Jakarta dan sekitarnya.

Shalat gerhana dimulai sekitar pukul 06.20 WIB dengan khatib imam besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dengan imam shalat Husni Ismail.

Pemerintah Kabupaten Bintan juga mengadakan shalat sunnah gerhana matahari di Masjid Nurul Imam Kijang Bintan Timur dan Masjid Baitul Makmur Bintan Utara.

Shalat gerhana di Masjid Nurul Imam Kijang dihadiri Bupati Bintan Apri Sujadi, sedangkan shalat gerhana di Masjid Baitul Makmur dihadiri Wakil Bupati Dalmasri Syam.

Di Balikpapan Kalimantan Timur, shalat gerhana berjamaah yang diikuti banyak orang dipusatkan di Masjid Agung At Taqwa, Klandasan.

Sementara itu warga Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur melaksanakan shalat gerhana di Masjid Al Madinatul Mubaroqah atau yang dikenal sebagai Masjid Kota meskipun hujan deras.

Shalat berjamaah dipimpin Ketua Majelis Ulama Indonesia Kotawaringin Timur KH Abdul Hadi Riduan mulai pukul 06.30 WIB.

Gerhana matahari dan bulan merupakan fenomena alam biasa yang dimanfaatkan umat Islam untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.

Gerhana matahari dan bulan dapat dihitung dan diperkirakan kejadiannya dengan menggunakan ilmu hisab atau ilmu falak. Gerhana tidak berkaitan dengan nasib maupun peristiwa kelahiran dan kematian manusia.

Sementara itu, ribuan warga Muslim Kota Bekasi juga memadati Masjid Agung Al Barkah untuk melaksanakan shalat gerhana matahari (kusuf asy syamsi) yang dimulai pukul 06.30 WIB.

Bertindak selaku imam dan khatib dalam shalat gerhana itu KH Zamakhsyari Abdul Majid.

Dalam khotbahnya, Zamakhsyari menyampaikan hikmah peristiwa gerhana matahari bahwa setinggi apapun kemampuan, kecerdasan, dan kekuasaan seseorang, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk dan patuh pada ketentuan Allah SWT, sebagaimana Allah mengatur terjadinya fenomena gerhana. (*)