Memandang Indahnya Kota Padang Dari Bukit Karamuntiang

id Memandang, Kota, Padang, Bukit ,Karamuntiang

Beberapa waktu lalu seluruh dunia dikejutkan dengan munculnya Bukit Tungku Tigo Sajarangan yang menyerupai Bukit Nobita di kartun Doraemon dengan latar belakang Kota Padang, Sumatera Barat.

Sejatinya masih relatif banyak lokasi lain yang bisa dijadikan referensi untuk menikmati Ibu Kota Sumatera Barat tersebut dari ketinggian salah satunya Universitas Andalas di Bukit Karamuntiang.

Universitas Andalas atau dikenal dengan Unand terletak di Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauh, sebelah utara Kota Padang.

Dari kampus yang berdiri pada 59 tahun silam ini seluruh sisi kota, mulai dari pantai, perbukitan, hingga berbagai perkantoran dan supermarket, terlihat jelas hanya dengan mata telanjang.

"Dari pelataran gedung rektorat atau pusat pemerintahan kampus ini semua wilayah Kota Padang terlihat jelas, dengan catatan cuaca cerah serta berawan, sebab bila mendung akan tertutup kabut," kata mahasiswa Unand Ayu Lestari.

Secara latar belakang geografis, Unand dibangun di kawasan Bukit Barisan yang melintang pada perbatasan Kota Padang dan Kabupaten Solok.

Masyarakat sekitar sering menyebut kawasan Unand itu sebagai Bukik atau Bukit Karamuntiang.

Menurut warga asli yang tinggal di sekitar kampus, Syafriadi (53), sebelum adanya Unand, bukit tempat berdirinya itu dinamakan Bukik atau Bukit Karamuntiang.

Penamaan Bukik Karamuntiang ini bukan tanpa alasan sebab di kawasan tersebut dahulunya banyak tumbuh ratusan tanaman karamuntiang.

Tanaman karamuntiang atau karamunting bahasa latinnya "Rhodomyrtus tomentosa" merupakan jenis tanaman liar yang sering tumbuh di perbukitan.

Tanaman itu bagian dari keluarga jambu-jambuan yang memiliki buah ketika matang berwarna hijau atau merah dan rasanya manis.

Dahulu, kata Syafriadi, anak-anak sebayanya sering bermain ke bukit tersebut sembari memakan buah karamunting tersebut.

"Mulai dari gerbang Unand saat ini hingga ke hutan di belakangnya banyak sekali pohon karamunting dengan buah merah atau hijau mirip cerri atau kersen (kers/Prunus cerasus, red.)," katanya.

Setelah Unand selesai dibangun pada awal 1990-an, populasi tanaman karamunting mengalami penurunan tajam karena harus ditebang untuk melengkapi sarana dan prasarana kampus.

Meski kebijakan rektor pada saat itu dengan membiarkan tanaman hidup secara alamiah, pertumbuhan tanaman tersebut terus mengalami penurunan.

Warga yang biasa menjaga kebun dan hutan Unand Mak Itam mengatakan bahwa menurunnya jumlah tanaman karamunting itu dikarenakan letaknya tepat di lokasi pembangunan kampus sehingga keberadaanya harus dihilangkan.

Meskipun demikian, masyarakat dan warga kampus masih bisa menikmati buah karamunting ini pada beberapa lokasi di sekitar kampus, seperti depan gedung perkuliahan B, di dekat kebun botani, dan gedung pascasarjana kini.

Akan tetapi, adanya kebijakan untuk melakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran dari rektor, menjadikan tanaman alami yang ada harus dipangkas dan ditebang untuk disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan, termasuk pohon karamunting.

Beberapa alumnus Unand yang berkuliah sebelum 2010 menyayangkan penebangan pohon karamuntiang tersebut di sekitar kampus.

Salah satu di antara mereka adalah Hari Kepsil. Menurut dia, alangkah baik apabila tanaman terus tetap ditanam pada beberapa lokasi kampus sebab pohon karamunting sendiri telah menjadi salah satu identitas dari universitas tertua di luar Pulau Jawa tersebut.

Alumnus lain Novita Sari juga menyayangkan tindakan pimpinan tersebut.

"Dahulu kami nongkrong depan Gedung B itu hanya untuk memetik karamunting, saat kembali lagi sekarang, tanaman tersebut tinggal kenangan," katanya.

Ia mengaku memetik hampir setiap ada buah karamunting yang masak.

Meskipun demikian, dia tetap mengapresiasi keputusan pimpinan Unand tersebut, yakni dengan menggantinya berupa pembangunan serta kelengkapan sarana dan prasarana yang implikasinya dapat membanggakan almamaternya tersebut.

Salah satu implikasi dari pembangunan itu, yakni terbentuknya berbagai macam objek di Unand yang dapat berpotensi untuk wisata, seperti pembaharuan gedung dan pelataran rektorat. Pada lokasi tersebut saat ini menjadi tempat paling ideal untuk menikmati dan memandangi keindahan Kota Padang dan sekitarnya.

Tidak heran hampir setiap tamu yang berkunjung di Unand akan mengabadikan gambarnya tepat di depan gedung rektorat tersebut dengan latarnya berupa hamparan Kota Padang yang dibatasi lautan biru.

Selain itu, pada hari libur beberapa warga juga datang ke kampus sekadar bersantai atau olahraga sembari memandangi kotanya dari kejauhan.

Meskipun demikian, kota akan bisa dinikmati apabila cuaca cerah berawan dan tidak turun hujan.

Mengingat daerah kawasan hutan di Unand dan sekitarnya yang dinamakan hutan bukit Pinang-Pinang merupakan salah satu lokasi dengan intensitas hujan yang cukup tinggi bahkan nomor dua di dunia setelah Amazon.

Tidak heran relatif banyak pengunjung atau tamu terpaksa melewatkan momen menikmati keindahan kota saat hujan turun atau cuaca lembab sebab bila terjadi hujan, kawasan berkabut dan pemandangan Padang dari ketinggian pun praktis tertutupi.

Meskipun begitu, bagi warga yang biasa berolahraga di kampus tersebut, Andika Putra (30), dibanding Sitinjau Lauik atau Bukit Tungku Tigo Sajarangan, melihat keindahan dari Unand atau Bukik Karamuntiang lebih menyenangkan dan nyaman.

Pasalnya, kata dia, selain dapat melihat jelas beragam objek bangunan di bawahnya, lokasinya pun cukup strategis dan mudah terjangkau dibanding bukit lainnnya.

Kampus Potensial

Letak geografis dan topografis Unand ini telah menjadi modal dalam upaya pengembangan wisata kampus dengan konsep ranah hijau.

Saat memangku jabatan sebagai rektor, Werry Darta Taifur telah merintis pengembangan wisata di kampus Unand dengan mendirikan beragam sarana dan infrastruktur.

Beberapa di antaranya panorama Unand dengan tangga untuk tempat olahraga, masjid yang terbangun dari batu, tempat pengelolaan sampah, hingga banyak taman dan kolam untuk tempat bersantai.

"Sebenarnya kampus ini dibangun untuk memenuhi konsep hijau dan ramah lingkungan. Namun, bila dikembangkan lebih lanjut, hal ini potensial untuk wisata," kata Werry yang merupakan guru besar bidang ilmu ekonomi pembangunan tersebut.

Selain berpotensi secara wisata, kawasan kampus Unand juga potensial sebagai kampus biokonservasi.

Peneliti bidang hewan verterbrata dari jurusan Biologi Unand Dr. Wilson Novarino menyebutkan bahwa jenis burung yang berhabitat di kampus bahkan mencapai lebih seratus jenis.

Selain itu, kata dia, hutan sekitar Unand juga memiliki ratusan bahkan ribuan jenis tanaman tropika ditambah dengan tanaman maskot Sumbar, Andalas, harimau sumatra, puluhan jenis reptil, dan hewan lainnya.

Dengan banyaknya biota hidup dalam kawasan tersebut bukan tidak mungkin nantinya akan berkembang menjadi pusat kampus biokonservasi atau perlindungan nasional bahkan dunia.

"Tinggal saja keberanian dari pimpinan kampus untuk mewujudkan hal tersebut," kata Wilson.