Abu Vulkanik Ditemukan di Drainase Candi Borobudur

id abu, vulkanis, borobudur

Borobudur, (AntaraSumbar) - Tim ahli Balai Konservasi Borobudur bekerja sama dengan para pakar konservasi Jerman masih menemukan sisa abu vulkanik erupsi Gunung Merapi dan Kelud Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

"Ditemukan di bagian bawah di saluran 'filter' (saringan) drainase di bawah batuan candi," kata Koordinator Tim Geohidrologi Balai Konservasi Borobudur Leliek Agung Handoko di Borobudur, Kamis, ketika bersama dua ahli sistem drainase Mike Boege dan Bern Niedringhaus, menjelaskan kepada sejumlah wartawan tentang hasil penelitian terkait dengan lanjutan konservasi Candi Borobudur.

Di bawah tatanan batuan, di lantai II, III, dan IV Candi Borobudur terdapat puluhan titik saringan drainase yang masih ada endapan abu vulkanik sisa letusan Merapi pada akhir 2010 dan Kelud pada awal 2014.

Tim ahli menggunakan kamera khusus untuk melihat secara cermat kondisi saluran drainase di candi yang juga warisan budaya dunia tersebut. Di beberapa bagian filter drainase, timbunan abu vulkanik ada yang setebal empat centimeter.

"Kemungkinan waktu pembersihan abu Merapi pascaletusan 2010 belum ditemukan. Abu itu menyumbat saluran. Biasanya air lancar tetapi ada lumpur abu sehingga air tidak lancar," katanya.

Ia menjelaskan tim telah merekomendasikan untuk menyingkirkan sisa abu vulkanik tersebut untuk kepentingan konservasi lebih lanjut terhadap Candi Borobudur. Upaya membersihkan saluran drainase tersebut dari sisa abu vulkanik harus secara berkelanjutan.

Para ahli konservasi Jerman yang bekerja sama dengan tim Balai Konservasi Borobudur dalam penelitian selama 21 September hingga 1 Oktober 2015 dengan fasilitasi dari Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESC) itu, antara lain Hans Leisen, Esther von Plehwe,-Leisen, Mike Boege, Bern Niedringhaus, Anselm Pranz, dan Manuela Prechtel.

Hans yang juga ahli konservasi batu dari Cologne Institute of Conservation Sciences itu, mengemukakan tentang temuan tim atas ancaman kerusakan batuan Candi Borobudur yang cukup kompleks, antara lain akibat rembesan air yang membawa material. Meterial itu kemudian menjadi kerak dan bintik (pustula) yang mengganggu kelestarian batu candi dan relief.

Ia membenarkan telah memberikan rekomendasi untuk menyingkirkan sisa abu vulkanik yang masih ada di bagian Candi Borobudur tersebut.

Program penelitian dampak letusan Gunung Merapi dan Kelud terhadap Candi Borobudur tersebut, antara lain juga menyangkut tingkat keasaman abu vulkanik dan pengaruhnya terhadap relief, ragam batuan andesit dengan ketahanan berbeda-beda, untuk membangun candi sekitar abad ke-8 masa pemerintahan Dinasti Syailendra, pemetaan secara digital tentang pola kerusakan batu candi, dan pelatihan teknik tentang perkembangan konservasi serta peralatan terbaru konservasi cagar budaya.

Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo menjelaskan pelestarian cagar budaya bukan sebatas pekerjaan teknis, akan tetapi kegiatan konservasi secara ilmiah dan profesional. Mereka yang terlibat dalam konservasi harus berserfitikat dan berkompeten sehingga pihaknya terus-menerus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Balai Konservasi Borobudur.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayan melalui Balai Konservasi Borobudur dan UNESCOJakarta telah menjalin kerja sama sejak 2011 untuk penelitian bersama dengan ahli konservasi internasional, dengan tujuan merespons dampak dari erupsi Merapi 2010 terhadap Candi Borobudur beserta upaya pelestarian dan konservasinya secara umum, dan khususnya untuk konservasi batu serta relief candi.

Berdasarkan hasil kegiatan tersebut, Balai Konservasi Borobudur dan UNESCO Jakarta, di bawah proyek "Capacity Building for the Conservation of the Borobudur Temple Compounds", melalui pendanaaan dari Pemerintah Jerman, selama periode 21 September-1 Oktober, 2015, mengadakan peningkatan kapasitas dan kerja bersama tim ahli Jerman. (*)