12 Arsitek Indonesia Gelar Pameran di Frankfurt

id Frankfurtbookfair

12 Arsitek Indonesia  Gelar Pameran di  Frankfurt

Salah satu dari 12 arsitek Indonesia, Adi Purnomo (kiri), sedang memaparkan karya arsitekturnya berjudul Studi-O Cahaya dalam acara jumpa pers Pameran Arsitektur Indonesia bertema "Tropicality: Revisited" di Frankfurt, Jerman, Kamis (27/8). ANTARA FOTO/Arief Mujayatno

Frankfurt, 27/8 (Antara) - Sebanyak 12 arsitek asal Indonesia menggelar pameran arsitektur di Frankfurt, Jerman, dengan tema arsitektur rumah di kawasan beriklim tropis.

"Kita memutuskan mengambil tema tropikalitas (Tropicality: Revisited) karena relevan dengan kondisi dunia saat ini yang menghadapi krisis energi dan pemanasan global," ujar Kurator Pameran Arsitektur Indonesia Avianti Armand saat jumpa pers di Museum Arsitektur Jerman di Frankfurt, Kamis.

Hadir dalam jumpa pers itu Direktur Museum Arsitektur Jerman, Peter Cachola Schmal, Ketua Komite Nasional Indonesia Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 Goenawan Mohamad, dan kurator lainnya, Setiadi Sopandi.

Avianti Armand menjelaskan, ke-12 arsitek asal Indonesia itu merupakan hasil seleksi dari 86 karya arsitektur Indonesia yang masuk ke meja panitia sejak Januari 2015.

Menurut dia, ke-12 arsitektur itu menampilkan karya-karya terbaik arsitektur rumah dengan pendekatan kreatif terhadap iklim tropis, seperti bagaimana mendesain rumah dengan memanfaatkan lahan sempit dan mengatasi udara panas, dengan tetap memperhatikan unsur hemat energi dan ramah lingkungan.

"Para arsitek ini dituntut untuk kreatif dalam mendesain rumah yang ramah lingkungan di tengah krisis energi saat ini. Buat kita, tema tropikalitas ini biasa saja, tetapin di sini (Jerman) tema ini menjadi sesuatu yang perlu dipelajari dan bisa memunculkan inspirasi," katanya.

Ke-12 arsitek asal Indonesia yang menggelar pameran itu adalaah Achmad Tardiyana (dengan karya rumah baca, Bandung), Adi Purnomo (studi-O Cahaya, Jakarta), Ahmad Djuhara (Wisnu Steel House, Bekasi), Andra Matin (Andra Matin House, Jakarta), Csutoras dan Liando (Kineforum Misbar, Jakarta), Gregorius Supie Yolodi dan Maria Rosantina (Tamarind House, Jakarta).

Selanjutnya, Effan Adhiwara (Almarik Restaurant, Lombok), Eko Agus Prawoto (Eko Prawoto, Yogyakarta), Yu Sing (Ciledug Timber House, Tangerang), Deddy Wahjudi (House of Labo, Bandung), Antony Liu (Ize Hotel, Bali), dan Urbane Indonesia (Masjid Baiturrahman, Yogyakarta).

Sementara Kurator lainnya dalam pameran itu, Setiadi Sopandi, mengatakan, selain menampilkan karya arsitektur dari 12 arsitek tersebut, pameran itu juga menampilkan kumpulan peristiwa bersejarah yang berhubungan dengan arsitektur di Indonesia.

"Di situ pengunjung akan melihat seperti apa gaya arsitektur di daerah tropis khususnya di Indonesia. Bagaimana cara membangun rumah dengan berbagai macam variasinya, yang berbeda-beda di beberapa tempat," ujarnya.