PBB: Petani Myanmar Perlu Bantuan Tanam Kembali Padi

id Myanmar

Yangon, (Antara/Reuters) - Petani di wilayah yang dilanda banjir di Myanmar berebut menanami kembali sawahnya yang rusak dalam dua pekan mendatang untuk menghindari kekurangan pangan, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Sabtu.

Sementara itu, upaya bantuan di beberapa daerah paling terpukul tetap menjadi tantangan, kata badan dunia tersebut.

Lebih dari 1,3 juta orang terkena dampak bencana itu dan sedikit-dikitnya 106 orang tewas sejak hujan lebat ditambah angin kencang pada bulan lalu mengakibatkan banjir di seluruh negara tersebut, kata pemerintah.

Air surut di banyak daerah, yang memungkinkan petani menilai kerusakan tanaman mereka dan juga untuk menanam benih saat musim tanam mendekat.

"Jika petani tidak bisa mendapatkan benih padi dan tanaman pada dua pekan berikut, kesempatan untuk musim depan tertutup," kata Pierre Peron, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Myanmar.

"Jika tidak dapat menanam kembali, mereka akan kehilangan sepenuhnya musim ini dan dampaknya terhadap ketahanan pangan akan jauh lebih besar daripada jika kami dapat memberi mereka dukungan untuk menanam kembali," katanya.

Myanmar adalah penghasil beras, tapi menghentikan ekspor untuk memantapkan harga.

PBB dan lembaga swadaya masyarakat memberikan bantuan pangan darurat untuk 386.000 orang terdampak banjir, kata OCHA dalam laporan terkini tentang banjir itu.

Lebih dari 1,4 juta hektar sawah tergenang, kata Kementerian Pertanian dan Pengairan. Tanaman di lebih dari 500.000 hektar sawah hancur dalam bencana alam terburuk di Myanmar sejak topan Nargis menewaskan hampir 140.000 orang pada Mei 2008.

Pemerintah memberikan 1,2 juta dolar (lebih dari 12 miliar rupiah) untuk benih padi di negara bagian Rakhine, salah satu daerah paling terpukul, tapi, dukungan lanjutan diperlukan untuk membantu petani dan masyarakat pedesaan membangun kembali, kata OCHA.

Di negara bagian Chin, daerah pegunungan berbatasan dengan Bangladesh dan India, tempat hujan lebat mengakibatkan tanah longsor, pekerja bantuan berjuang membuka beberapa wilayah terpencil negara bagian itu.

"Jalan ke daerah di negara bagian Chin sulit dan tetap sulit," kata Peron.

Di ibu kotanya, Hakh, lima dari enam kota mengalami longsor, yang merusak ratusan rumah.

Zung Hlei Thang, anggota parlemen mewakili negara bagian Chin, menyatakan harga beras dan mata dagangan lain naik tajam akibat tanah longsor membuat banyak jalan negara sebagian besar tidak dapat dilalui, yang memaksa impor.

"Keadaan hidup sulit," katanya. (*)