Produksi Pupuk Organik Ngudi Makmur Maju Pesat

id Pupuk Organik

Sleman, (Antara) - Unit Produksi Pupuk Organik (UPPO) Ngudi Makmur di Desa Sariharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam satu tahun terakhir maju pesat dengan jumlah produksi mencapai 500 sampai 600 ton per bulan dari semula hanya pada kisaran 200 sampai 300 ton.

"Kami sudah mampu memproduksi 500 sampai 600 ton pupuk organik, dan pesanan masih banyak tetapi belum bisa terpenuhi karena keterbatasan modal untuk pengembangan usaha," kata Tugimin (65), Ketua UPPO Kelompok Peternak Ngudi Makmur di Dusun Wonoredjo, Desa Sarihardjo, Selasa.

Ia menjelaskan, bahan baku utama pupuk organik adalah kotoran sapi dari satu kecamatan yang populasinya mencapai 1.500 ekor lebih, ditambah dengan cairan dekomposter yang juga diproduksi secara mandiri oleh kelompok itu.

"Petani sudah merasakan produksi pertanian yang menggunakan pupuk organik, dan harga jualnya juga cukup murah, sehingga pesanan terus berdatangan," katanya.

Menurut dia, pupuk dijual kepada kelompok tani lain Rp800 per kilogram dan biasanya dibeli petani anggota kelompok tani itu dengan harga Rp900 sampai Rp1.000 per kilogram.

"Dari harga jual itu keuntungan kami hanya Rp100 per kilogram," katanya.

Sementara, bahan baku kotoran sapi disuplai dari sapi milik kelompok ngudi makmur yang berjumlah 70 ekor sapi dan diibeli dari kelompok peternak lain di sekitarnya dengan harga Rp35 ribu sampai Rp45 ribu per ton.

"Proses produksi dari bahan baku sampai pengemasan sekitar 15 sampai 20 hari, jadi memang perlu areal yang luas jika produksinya akan terus meningkat," katanya yang mengaku perlu modal untuk perluasan areal produksi.

Kelompok yang dikunjungi sejumlah wartawan itu juga mempunyai unit pengelolaan pakan ternak yang mampu menyuplai pakan berkualitas bagi peternak seperti jerami hasil fermentasi dan pakan lengkap.

Mutu jerami hasil fermentasi ragi lebih bagus karena kandungan protein lebih baik dan bisa disimpan selama berbulan-bulan.

Kelompok yang pernah meraih juara empat tingkat nasional tahun 2014 itu juga sudah mengembangkan pakan komplet untuk sapi yang merupakan gabungan konsentrat dan hijauan sehingga satu ekor sapi cukup mendapat 8 kilogram pakan komplet per hari.

"Pertumbuhan bobot badan dengan pakan komplet itu mencapai 7 sampai 9 ons per hari untuk sapi lokal jenis ongol dan bisa 1,2 kilogram per hari untuk sapi turunan simental," kata Totok Sukamto, Ketua Unit Pakan Kelompok Ternak Ngudi Makmur.

Penyuluh Peternakan setempat, Rini Tripuspanti, mengatakan, pengenalan teknologi pakan itu kepada kelompok itu dilakukan sejak tahun 2011 dan membuat usaha peternakan semakin diminati warga karena beternak sapi menjadi semakin mudah.

"Hampir semua sisa hijauan dari pertanian di kecamatan ini seperti kulit kacang, tongkol jagung, kulit ari kacang kedele dan jerami, bisa menjadi bahan pakan komplet kemudian ditambah sumber karbohindrat seperti polard dan dedak, kata penyuluh peternakan yang di Kecamatan Ngaglik sejak tahun 2003.

Ia mengungkapkan, jumlah ternak sapi di kecamatan itu saat ini mencapai 1.500 ekor tersebar di 65 kandang kelompok ternak, padahal lima tahun lalu jumlah sapi hanya sekitar 1.000 ekor. (*)