Pakar: Masalah Rohingya "Pukulan" Bagi Organisasi ASEAN

id Etnis Rohingya

Pakar: Masalah Rohingya "Pukulan" Bagi Organisasi ASEAN

Etnis Rohingya yang terdampar di Aceh (Antara)

Padang, (Antara) - Pakar Sejarah Sosial Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Prof. Saifullah berpendapat belum tuntasnya permasalahan pengungsi dari etnis Rohingya merupakan "pukulan" bagi organisasi ASEAN.

"Organisasi ASEAN selama ini terlalu banyak kegiatan berbentuk seremoni, dan menggelar acara dengan bermewah-mewah di tempat yang elit, sehingga melupakan kejadian yang dialami masyarakat di sekitarnya," kata dia di Padang, Senin.

Menurutnya, selama ini kegiatan ASEAN cenderung kepada persolahan yang ringan saja, sehingga terkesan organisasi itu seperti perkumpulan atau arisan antara petinggi negara di kawasan Asia Tenggara saja.

Padahal setiap negara ASEAN harus melindungi setiap warga dan memperlakukannya dengan sama rata. Namun disayangkan justru ASEAN jarang membahas dan membicarakan masalah pengungsi dan kaum minoritas yang tertindas ini.

Nasib kaum minoritas seperti Rohingya terkesan dibiarkan tanpa ada penyelesaian akhir.

"Jika ada etnis minoritas jangan sampai terkesampingkan atau teraniaya, lindungilah mereka agar mereka hidup dengan aman," kata dia.

Dia mengimbau negara yang penduduknya mayoritas non muslim untuk menghentikan perilaku yang tidak baik tersebut terhadap umat Islam.

Hal itu bukan hanya untuk etnis Rohingya di Myanmar, tetapi juga untuk orang Patani di Thailand, Suku Moro di Filipina, dan negara-negara lain yang memiliki minoritas Islam.

Kemudian, organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan ASEAN harus memberikan tekanan kepada Pemerintah Myanmar agar mereka tidak semena-mena terhadap umat muslim Rohingya.

Dia mengimbau agar umat Islam Indonesia dan negara lain membantu untuk meringankan beban umat Islam Rohingya, karena kondisinya saat ini memprihatinkan.

Dia menyebutkan jumlah etnis Rohingya yang meninggalkan negaranya kali ini merupakan yang paling banyak sepanjang sejarah.

"Sebelumnya mereka juga ada yang meninggalkan negerinya, tapi jumlahnya hanya belasan hingga puluhan orang," kata dia.

Sementara Menteri Agama Lukman Hakim mengatakan umat musim Rohingya yang berasal dari Myanmar dan Bangladesh perlu disantuni dan berharap PBB memberikan perhatian lebih terhadap mereka.

Dia mengatakan terlantarnya etnis Rohingnya mengusik ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama umat muslim, sehingga ia berharap masalah tersebut dapat segera diselesaikan. (*)