Pers Bebas dan Bertanggung Jawab

id Pers

Tepat hari ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sebuah sidang umum pada tahun 1993, telah menetapkan tanggal 3 Mei sebagai hari untuk memperingati prinsip dasar kemerdekaan pers.

Penetapan itu dilakukan demi mengukur kebebasan pers di seluruh dunia untuk mempertahankan kebebasan pewarta dari serangan atas independensi dan memberikan penghormatan kepada para jurnalis yang meninggal dalam menjalankan profesinya.

Pada tanggal tersebut, para insan pers bersatu padu untuk mendorong inisiatif publik agar turut memperjuangkan kemerdekaan pers, sehingga menjadi sebuah kekuatan yang berfungsi sebagai pilar keempat dengan menyandang kebebasan bertanggung jawab sebagai kewibawaannya.

Di Indonesia, perjalanan dunia jurnalistik dari zaman ke zaman pada dasarnya cukup memliki dinamika yang cukup menarik, menyedihkan sekaligus membanggakan.

Di era penjajahan kolonial Belanda, kaum intelektual menjadikan "kekuatan" karya tulisnya untuk membuka mata dunia tentang penderitaan yang dialami bangsa Indonesia selama tiga abad lebih.

Bahkan Sumatera Barat juga memiliki sederet nama besar seperti Rasuna Said, Djamaludin Adinegoro, Muhamad Yamin, dan beberapa tokoh nasional asal daerah itu cukup memberikan kontribusi terhadap perjuangan bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, melalui tulisan-tulisannya.

Para tokoh tersebut, tak jarang harus menerima perlakuan diskriminatif dari pihak penjajah, mulai dari pembredelan media yang memuat tulisan mereka, sampai kepada penangkapan - penangkapan yang berujung pada pembuangan dan pengasingan.

Setelah Indonesia merdeka, perlakuan terhadap insan pers pun agaknya tidak berbeda jauh, menahan wartawan karena tulisannya, membekukan media yang memuat tulisan tersebut, sampai dugaan menghilangkan nyawa penulisnya juga kerap terjadi di negara yang merdeka ini.

Sampai pada era reformasi pun para insan pers masih menemukan dilema dalam melaksanakan tugas-tugas jurnalistiknya. Perlakuan diskrimintaif yang sebelumnya hanya dilancarkan oleh "para penguasa" saja, kini juga dilakukan oleh perusahaan pers tempat mereka mengabdikan diri bagi negara yang dicintainya. Demi bangsa yang ia tegakkan dan jaga kehormatannya.

Sistim pengelolaan manajemen sebagian perusahaan pers yang menerapkan paham kapitalis, seakan memberangus kekuatan pilar keempat itu dan menghilangkan kisi-kisi peranan pers dalam pembangunan, yakni sebagai pengabar, pemantau serta penegak kedaulatan rakyat.

Kondisi tersebut berujung pada lahirnya para pengabar - pengabar yang harus melayani "tuannya", para pemilik media massa, dengan memberikan keuntungan besar bagi mereka tanpa imbalan yang setimpal dengan jerih payah yang mereka "sembahkan.

Seakan-akan, dunia pers saat ini hanyalah sebuah industri informasi yang lebih mengutamakan kemasan ketimbang kualitas, dengan memanfaatkan jasa "budak-budak" jurnalistik sebagai pencari keuntungan semata.

Pemutarbalikan fakta demi melaksanakan keinginan perusahaannya dalam mengeruk keuntungan dari anggaran yang seharusnya bisa mensejahterakan mereka, kerap terjadi dan terus berulang sampai kini, tanpa bisa ditolak demi sebuah alasan sederhana yakni sebuah pekerjaan untuk memenuhi tuntutan hidup.

Sedikit harapan muncul dari sebuah lembaga pemerintah, Dewan Pers, yang dibentuk untuk mengembalikan kewibaan para jurnalistik dengan menjadikan dunia pers lebih bertanggung jawab dan profesional.

Semoga lembaga itu mau dan mampu menerobos jauh dalam menjalankan fungsi pengawasannya terhadap perusahaan-perusahaan pers yang tidak memperhatikan hak-hak para pengabarnya, yang hanya menginginkan keuntungan meskpun harus mengorbankan harga diri para wartawan yang mereka pekerjakan.

Karena baik buruknya prilaku wartawan ketika bertugas, sebagian besarnya diakibatkan oleh tuntutan dalam mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tempat ia bekerja dengan sedikit imbalan, yang menjadi satu-satunya harapan untuk melanjutkan hidupnya beserta keluarga.

Selamat memperingati Hari Pers Sedunia wahai sahabat-sahabat kami, pewarta, pengabar, jurnalis dan wartawan di seluruh Indonesia dan dunia. Salam Kebebasan Pers Bertanggung Jawab, wibawa kita, semangat perjuangan kita. (*)