Penyelamatan Ribuan Nyawa Dalam 30 Menit

id Gempa dan Tsunami

Penyelamatan Ribuan Nyawa Dalam 30 Menit

Simulasi penyelamatan jika terjadi gempa dan tsunami di Kota Padang, Sumbar. FOTO ANTARA SUMBAR/Arif Pribadi

Tiba-tiba lengkingan sirene yang meraung panjang berbunyi keras ke seantero kompleks Wisma Indah I, Kelurahan Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat.

Seakan dikomando dalam hitungan menit, ratusan warga langsung keluar rumah dan berjalan cepat menuju bangunan berlantai lima yang berada tepat di samping Masjid Darussalam.

Dari pengeras suara yang dipasang, terdengar pengumuman sehubungan telah terjadi gempa besar, kepada semua warga diminta segera menuju shelter guna menyelamatkan diri.

Warga bergegas menuju sisi kanan bangunan yang merupakan jalan menuju ke atas berbentuk landai, bersiap menyelamatkan diri karena baru saja terjadi guncangan gempa yang diperkirakan berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.

Dibantu kelompok siaga bencana yang sudah terlatih mengevakuasi warga tua, muda hingga anak-anak, diarahkan dengan tertib untuk segera menyelamatkan diri menuju tempat evakuasi sementara.

Mereka dengan cekatan membantu agar seluruh warga segera naik ke lantai empat dan lima, para orang tua berusia lanjut ada yang menggunakan kursi roda didorong ke atas, yang tak sanggup berjalan diusung menggunakan tandu.

Sementara, anak-anak sekolah terlihat menyandang tas yang didalamnya terdapat makanan, senter, dan pakaian cadangan sebagai persiapan untuk mengungsi.

Hanya dalam waktu 25 menit, ratusan warga telah berada di lantai empat dan lima untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan gelombang tsunami di mana jarak pantai dengan bangunan itu hanya sekitar satu kilometer.

Tak lama kemudian satu unit helikopter dari udara ikut membantu proses evakuasi yang mendarat di helipad pada bagian paling atas bangunan menurunkan sejumlah logistik berupa makanan dan kebutuhan lainnya.

Berselang dua jam, setelah ada pengumuman resmi bahwa tidak ada ancaman gelombang tsunami, warga kembali ke rumah dengan tertib.

Kegiatan yang digelar pada Kamis, 23 April 2015 tersebut, merupakan rangkaian peresmian lima shelter yang digunakan sebagai tempat evakuasi sementara bagi warga sebagai perlindungan dari gelombang tsunami.

"Tempat evakuasi sementara ini merupakan ruang ikhtiar kita untuk menyelamatkan diri, ketika terjadi gempa tarik nafas dulu, lalu langsung menuju tempat evakuasi sementara," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif.

Menurut dia, hanya ada waktu 30 menit bagi warga untuk menyelamatkan diri menuju tempat yang lebih tinggi setelah gempa terjadi jika diikuti datangnya gelombang tsunami berdasarkan skenario yang dibuat para ahli.

"Kecepatan gelombang tsunami itu sekitar 400 kilometer per jam, ketinggian airnya berkisar 5-10 meter di lokasi ini, semua harus segera menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi," ucap dia.

Syamsul menilai sarana evakuasi yang paling memungkinkan adalah shelter, jika warga disarankan lari sejauh-jauhnya dari pantai tidak akan cukup waktu melawan kecepatan air laut yang mencapai 400 kilometer per jam.

Ia meminta begitu gempa segera berlari menuju shelter, jangan sampai kembali sebelum dua jam atau kondisi dinyatakan aman oleh pihak berwenang.

"Pengalaman menunjukan orang sudah lari tapi ada yang kembali karena ada yang dijemput, biasanya orang itu yang jadi korban," ujar dia.

Menurutnya, kalau ada barang-barang berharga sebaiknya simpan saja di tempat yang aman seperti brankas yang ada di bank sehingga tidak khawatir jika terjadi gempa.

Agar masyarakat menjadi terlatih, Syamsul meminta agar melakukan simulasi secara rutin sehingga target waktu 30 menit dapat tercapai.

"Hari ini 30 menit, besok 25 menit, lusa 20 menit, lebih cepat lebih bagus, selain hafal jalan juga sarana melatih kebugaran tubuh," ucapnya.

Ia meminta jangan sampai shelter yang telah dibangun pemerintah tersebut sia-sia dan tidak digunakan.

Lebih lanjut, Syamsul menyampaikan, jika terjadi gempa siang hari di mana anggota keluarga ada yang bekerja dan anak-anak di sekolah, maka tidak usah pulang ke rumah, cukup mencari tempat evakuasi terdekat dari lokasi yang ada.

"Jika orang tua sibuk mencari anak, istri sibuk mencari suami maka tidak cukup waktu untuk menyelamatkan diri, karena itu cari saja tempat evakuasi terdekat," lanjut dia.

Ia mengataka kalau gempa terjadi siang hari, pelajar yang ada di sekolah harus mencari tempat evakuasi terdekat, jika ibu berada di pasar, cari lokasi aman terdekat.

Untuk itu pemerintah daerah harus memetakan titik evakuasi terutama di tempat keramaian sehingga ketika terjadi gempa warga sudah tahu ke mana hendak menyelamatkan diri.

"Jika ada yang berada di wilayah ini maka evakuasinya ke gedung A, warga kelurahan ini ke titik B, harus jelas dan terukur," katanya.

Ia meminta pemerintah daerah menentukan mana yang menjadi tempat evakuasi sementara dan mana yang menjadi tempat evakuasi akhir.

"Semua jajaran pemerintahan harus terlibat, jangan sampai ada yang menyatakan saya kajati, saya mengurus olahraga itu bukan urusan saya, tidak ada alasan semua harus bahu membahu untuk urusan kemanusiaan," ujar dia.

"Pengabdian tertinggi manusia dalam kehidupan ini adalah untuk kemanusiaan, tidak peduli dosen, polisi , tentara, pedagang, siapa saja, apapun profesinya, mari bersama-sama saling bantu," tegasnya.

Ia meminta jajaran pemerintah daerah, kepolisian hingga TNI melakukan simulasi rutin agar warga terlatih.

"Siapa yang siap maka bencana tidak akan melanda, bencana itu datang kepada masyarakat yang tidak siap," ucapnya.

Kelompok Rentan

Syamsul juga meminta kepada pemuda di kelurahan agar membuat peta denah rumah yang ada di RT dan RW sehingga dapat mendata jumlah keluarga yang ada.

Jika ada orang tua, ibu hamil, bayi, orang sakit maka usai gempa pemuda langsung mendatangi rumah yang ada kelompok rentan tersebut untuk membantu evakuasi, ujar dia.

Peta denah harus menggambarkan rumah yang ada kelompok rawan karena pengalaman menunjukan korban lebih banyak menimpa mereka yang memiliki keterbatasan.

"Semua harus bahu membahu saling menolong, jangan berpikir menyelamatkan diri sendiri saja sulit apalagi membantu orang lain, ini pengabdian kemanusiaan," imbaunya.

Ia mengajak relawan, pemuda, lembaga swadaya masyarakat, mari mengabdikan diri untuk kemanusiaan karena penyelamatan nyawa manusia tak ternilai.

Evakuasi Sementara

Syamsul menjelaskan shelter merupakan tempat evakuasi sementara yang dinilai paling efektif untuk menyelamatkan diri dari gelombang tsunami.

BNPB menargetkan akan membangun 30 shelter di seluruh Indonesia secara bertahap pada titik yang rawan di mana saat ini yang sudah dibangun dua unit.

Tidak hanya itu, gedung-gedung pemerintah serta swasta seperti hotel dan pusat perbelanjaan juga dapat dijadikan shelter.

Masyarakat juga dapat membangun sendiri dengan syarat mempertimbangkan kelayakannya dengan berkonsultasi kepada Dinas Pekerjaan Umum setempat, lanjut dia.

Sementara, Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Taufik Widjoyono mengatakan Indonesia merupakan wilayah yang rawan terkena bencana tsunami terutama di Pantai Barat Sumatera, Pantai Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

"Karena itu, perlu dibangun tempat evakuasi sementara sebagai perlindungan bagi warga yang terletak di daerah dekat pantai dan berisiko tinggi sehingga dapat menyelamatkan masyarakat," ujar dia.

Ia menyebutkan pada 2015 telah selesai dibangun lima shelter antara lain di Kelurahan Parupuk Tabing, Kecamatan Koto Tangah Padang, Kelurahan Tabing Kecamatan Koto Tangah Padang dan Kecamatan Pemenang Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Kemudian, di Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu dan Kecamatan Ilir Talo Kabupaten Seluma, Bengkulu.

Shelter yang dibangun di Kecamatan Koto Tangah Padang terdiri atas lima lantai dengan ketinggian bangunan mencapai 22 meter dan dapat menampung 4.500 jiwa dengan radius pelayanan 0,5-1 kilometer.

Pada bangunan tersebut dilengkapi dengan ruang perawatan, toilet dan jalur evakuasi vertikal.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebutkan saat ini di Padang terdapat sekitar 28 tempat evakuasi sementara yang tersebar di lokasi-lokasi strategis baik gedung pemerintah, sekolah, hingga swasta.

Shelter tersebut antara lain Gedung Ditjen Perbendaharaan di Jalan Khatib Sulaiman, Fly Over Duku di Jalan Duku-BIM, Masjid Almuhajirin Bungo Pasang Kecamatan Koto Tangah, dan Gedung Universitas Negeri Padang di Jalan Belanti dan Air Tawar.

Kemudian, Gedung Universitas Bung Hatta Ulak Karang, Gedung SMA 1 Jalan Belanti, Gedung SMKN 5 Jalan Belanti, Gedung SMPN 25 Jalan Belanti, Gedung Rusunawa Purus, Gedung SDN 22 Veteran dan Gedung Bank Indonesia Jalan Sudirman.

Lalu, Hotel Ibis Jalan Taman Siswa, Hotel Grand Inna Muara Jalan Gereja, Masjid Nurul Iman Jalan Thamrin, Hotel Grand Zurri Jalan Thamrin, Gedung Komplek Kantor Gubernur Jalan Sudirman, Hotel Mercure Jalan Purus, Gedung Dinas Prasarana Jalan dan Tata Ruang Jalan Taman Siswa.

Berikutnya, Gedung Bappeda Jalan Khatib Sulaiman, Masjid Raya Sumbar Jalan Khatib Sulaiman, Gedung Badan Pemeriksa Keuangan Jalan Khatib Sulaiman, Gedung Al Azhar Jalan Khatib Sulaiman, Villa Hadis Jalan Khatib Sulaiman, Balai SDA Jalan Khatib Sulaiman, serta Gubernuran Jalan Khatib Sulaiman.

Terpisah , tokoh masyarakat Wisma Indah Hamidin menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang telah membangun tempat evakuasi sementara di Kelurahan Tabing Padang.

"Semoga dengan adanya tempat ini menjadi jalan ikhtiar untuk menyelamatkan diri dari bencana," ujar dia.

Tidak ada seorang pun yang dapat memperkirakan kapan tsunami terjadi, karena itu kesiapan menghadapinya adalah mutlak guna meminimalkan korban jiwa.

Tidak ada seorang pun ingin terjadi bencana, sebab itu perlu kesiapan menghadapinya jika ingin selamat mengingat bencana merupakan siklus yang selalu berulang dalam kehidupan manusia.***