Penyaluran Raskin di Bengkulu 73,46 Persen

id Penyaluran, Raskin, Bengkulu

Penyaluran Raskin di Bengkulu 73,46 Persen

Ilustrasi. (Antara)

Bengkulu, (Antara) - Badan Urusan Logistik Divisi Regional Bengkulu mengungkapkan pada triwulan II, penyaluran beras untuk rakyat miskin di wilayah itu sudah mencapai 73,46 persen.

"Yang sudah tersalurkan yakni sebesar 5.950 ton, bagi kabupaten yang belum mengambil, silahkan mengambil, dan stok beras Bulog mencukupi untuk penyaluran raskin serta operasi pasar," kata Kasi Perencanaan Pengembangan Usaha Bulog Bengkulu Hari Astaguna di Bengkulu, Minggu.

Dia mengatakan, jumlah penerima raskin pada 2015 atau rumah tangga sasaran (RTS) yang tercatat oleh Bulog Bengkulu yakni 8.383 RTS.

"Masih sama dengan tahun sebelumnya, belum ada penambahan RTS, dan penerima raskin ini, hanya sembilan dari sepuluh kabupaten dan kota di Bengkulu, kecuali Kabupaten Mukomuko," kata dia.

Dalam lima tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Mukomuko menjadi satu-satunya pemerintahan di Provinsi Bengkulu yang menolak program bantuan beras bagi warga miskin.

"Kalau pemkab setempat berniat untuk menebus raskin pada tengah tahun ini, kami siap untuk mendistribusikan ke kabupaten itu," kata dia.

Menurut Hari, dengan penyaluran raskin, akan lebih efektif mengendalikan harga beras di daerah, apalagi seperti saat ini, akan memasuki bulan puasa Ramadhan.

"Biasanya masyarakat terpengaruh oleh psikologi pasar, sehingga mereka membeli kebutuhan pokok dalam jumlah besar, untuk itu, dengan penyaluran raskin ini kita berharap masyarakat tidak terpengaruh oleh kondisi pasar, karena sebagian warga sudah memiliki stok beras yang cukup untuk bulan puasa dari raskin," ucapnya.

Berbeda dengan Bulog, Bupati Kabupaten Mukomuko Ichwan Yunus justru menilai pembagian beras miskin kepada masyarakat akan memberikan dampak negatif.

"Sama saja beras miskin atau bentuk uang secara langsung tidak akan mendidik masyarakat untuk mandiri," ujarnya.

Ichwan berpendapat, program tersebut akan membuat masyarakat terutama petani sawah malas menanami tanah mereka dengan tanaman padi.

"Padahal lahan pertanian luas baik bentuk sawah maupun ladang, jadi kalau diberi beras gratis warga jadi malas," katanya. (*)