Janda Akibat Serangan Israel di Gaza Menikah dengan Ipar Mereka

id Janda Akibat Serangan Israel di Gaza Menikah dengan Ipar Mereka

Kota Gaza, (Antara/Xinhua-OANA) - Adnan Yassin dan saudara kembarnya, Rashad, berbagi sebagian besar hidup mereka sejak mereka dilahirkan bertahun-tahun lalu. Mereka tak pernah membayangkan sama sekali pada suatu hari salah satu dari mereka mesti menikahi janda salah seorang dari mereka jika seorang dari mereka meninggal atau terbunuh. Adnan dan Rashad Yassin dilahirkan di Kamp Pengungsi Nuseirat di bagian tengah Jalur Gaza. Ketika mereka tumbuh dewasa, mereka memutuskan untuk menikah pada hari yang sama. Namun, kondisi kehidupan keluarga mereka hanya memungkinkan seorang dari mereka menikah dan bukan keduanya secara berbarengan, dan Rashad menikah lebih dulu. Adnan tetap lajang dan terus mempersiapkan pernikahannya sendiri; ia tidak mengetahui peristiwa tragis menunggu dia, ketika saudara kembarnya, Rashad, tewas oleh serangan udara Israel selama agresi yang dilancarkan militer Isrel terhadap Jalur Gaza pada musim panas lalu. Rashad meninggalkan seorang janda dan seorang bayi perempuan yang berusia satu tahun. Adnan sangat sedih kehilangan saudara kembarnya, tapi pada saat yang sama ia memutuskan untuk tidak meninggalkan saudari iparnya dan anaknya sendirian saja. Setelah mendapat keberanian dan restu keluarganya, ia memutuskan untuk menikah janda saudara kembarnya. "Saudara saya, Rashad, lima menit lebih tua dari saya," kata Adnan kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Senyuman menghiasi wajahnya. Ia menambahkan, "Selama 25 tahun terakhir, kami telah berbagi perincian kecil hidup kami dan tak pernah berpisah. Kami telah bersama sepanjang waktu." Ia terus bercerita bahwa pada awalnya, ketika saudaranya meninggal, ia sangat sedih dan merasa separuh dirinya telah hilang. Ia menambahkan, "Lalu, saya merasa sangat prihatin dengan jandanya dan putrinya dan jika mereka pergi, mereka mungkin menghadapi nasib berat, yang dipenuhi penderitaan dan tragedi lebih besar lagi." Rashad tampaknya memiliki hidup yang lebih baik ketimbang Adnan, jadi ia membantu saudara kembarnya sepanjang waktu. "Saya benar-benar tidak mengerti, barangkali saudara saya membantu saya, sebab ia merasa bahwa suatu hari ia akan pergi dan saya akan mengurus keluarganya," kata Adnan. "Ketika orang tua saya mendengar gagasan tersebut, mereka sangat gembira, sebab akhirnya seorang ayah baru akan mengurus bayi perempuan itu dan menggantikan hilangnya ayahnya," kata Adnan. Ia menambahkan, "Orang tua saya mendorong saya dan saya tak menghadapi tantangan yang menghalangi saya menikah dan memulai hidup baru dan keluarga baru." Pada Februari, pernikahan Adnan dan saudari iparnya dirayakan di Kamp Pengungsi Nuseirat. Adnan dan dua pemuda dari tempat pengungsi yang sama menikah pada Februari dengan saudari ipar mereka, yang suami mereka tewas selama Perang Gaza pada musim panas lalu. Daerah kantung pantai itu dikenal sebagai masyarakat yang konservatif. Namun, pernikahan janda dengan saudara ipar mereka telah menjadi sangat umum di wilayah tersebut setelah serangkaian agresi militer Israel terhadap Jalur Gaza dalam 10 tahun belakangan, sehingga meninggalkan puluhan janda dan anak yatim. Menurut data Biro Pusat Statistik Palestina, 6,1 persen perempuan di masyarakat Palestina adalah janda. Namun, janda merupakan 17 persen dari seluruh perempuan di Jalur Gaza. Dalam agresi terakhir militer Israel yang berlangsung selama 50 hari, sebanyak 2.200 orang Palestina tewas dan lebih dari 11.000 orang lagi cedera. Dan menurut data resmi Kementerian Kesehatan Palestina, di antara korban terdapat perempuan dan anak kecil, serta pemuda, sebagian baru saja menikah. (*/sun)