"Mageer"

id "Mageer"

"Mageer"

Hervina Aljanika.

Cewek manis yang satu ini lebih akrab disapa dengan Vivi atau Vie. Sejak pulang dari Australia dia merasa "mageer" atau canggung untuk tinggal di tanah kelahirannya di Lubuk Buaya, Padang, Sumatera Barat. Gadis kulit putih kelahiran 1 Mei 1991 bernama lengkap Hervina Aljanika ini kembali "mencari-cari rasa" untuk menyesuaikan diri menjalani kehidupannya seperti semula setelah pulang mengikuti Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) di benua tetangga pada 2012. "Vivi mageer untuk kembali tinggal di Padang. Soalnya, kenangan selama mengikuti program itu masih sangat lengket dalam pikiran dan angan Vie," ungkapnya dengan nada sedikit gaul ala anak muda sekarang. Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Sospol) Unand ini seolah tidak kuat untuk berpisah meninggalkan keluarga baru yang dijumpainya dalam program yang dikenal dengan Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) tersebut. Kenapa tidak, di saat dirinya mulai menikmati indahnya bergaul bersama teman baru dan keluarga angkat di luar sana tiba-tiba harus kembali pulang ke tanah air. "Ingin rasanya program ini terus berlanjut. Namun kenyataannya tidak begitu," tutur gadis yang ramah dengan senyum ini. Ia merasa kehidupan yang dijalaninya selama 6 bulan bersama 36 pemuda lainnya yang berasal dari dua negara (Indonesia dan Australia) begitu indah yang tak dapat diungkap dengan kata. "Ini soal rasa. Hanya orang menjalaninya yang lebih tahu," ungkapnya. Demi mengikuti program itu, Vivi rela untuk meninggalkan bangku kuliah di smester VII dan mengambil cuti demi mengasah bakatnya di negara seberang sana. Awalnya, dia ragu untuk memutuskan pilihan antara cuti kuliah atau ikut program. Apalagi keduanya dirasa penting karena menyangkut masa depan. Namun, setelah dipikir secara matang pilihannya jatuh untuk mengikuti program dengan alasan tidak semua orang yang memiliki kesempatan untuk itu karena prosesnya cukup selektif. Sementara kuliah bisa dilanjutkan lagi nanti usai program. Ternyata memang tidak salah pilih. Pasalnya, selama mengikuti kegiatan ini dia mendapatkan segudang pengalaman dan wawasan yang tidak akan pernah diperoleh di kampus. Menurutnya, program yang difasilitasi Kementerian Pemuda dan Olahraga itu sangat bermanfaat bagi dirinya, terlebih dalam pembentukan karakter pemuda selaku generasi bangsa. Melalui kegiatan itu juga membuat dirinya mampu untuk menjalin komunikasi dan berinteraksi bersama masyarakat, bahkan para pejabat negara di Australia. Karena memang tujuan utama dari program ini diarahkan dalam peningkatan kapasitas, menjalin network atau jaringan internasional serta mampu memiliki daya saing yang tinggi bagi para pemuda berbakat. Sebagai duta wisata dari dua negara, Vivi dan teman lainnya dalam kegiatan ini tentu juga telah "menginput" banyak ilmu pengetahuan kepada orang luar sana mengenai berbagai kelebihan yang dimiliki negaranya. Apalagi tugas dan kewajiban utama para peserta dalam kegiatan itu memang untuk mengekspose khazanah budaya dan pariwisata yang dimiliki setiap negara. Selama mengikuti kegiatan itu, Vivi dan teman lainnya yang sedikit lebih beruntung tersebut juga berkesempatan diajak untuk berkeliling mengunjungi tempat wisata dan situs-situs budaya yang penuh sejarah di masing-masing negara. Disamping itu, Vivi juga berkesempatan untuk magang pada salah satu perusahaan di Australia yang sesuai dengan bidang yang dikuasainya. Tak ayal, berkat kepiawaiannya dalam berinteraksi bersama masyarakat di Australia, Vivi juga mendapat kesempatan untuk melanjutkan S2 disana dengan gratis. "Ini sangat mengesankan dan tak pernah dibayangkan sebelumnya," katanya haru. Kini, Vivi sudah balik ke negeri asal. Banyak kesan yang dibawa dari seberang. Perlahan, dirinya mulai untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa. Apalagi dalam upaya untuk menyelesaikan kuliah. Ia juga tidak ingin berlarut dalam rasa yang terus "menghunus pikirannya" itu, karena jalan yang akan ditempuh untuk menggapai mimpi kedepan masih panjang. Bagi Vivi, seindah apapun negeri orang, tidak akan lebih elok dari negeri sendiri. Cukuplah pengalaman serta wawasannya saja yang diambil. "Kalau nanti sudah tamat kuliah semoga apa yang didapat selama kegiatan ini bisa mempermudah jalan Vie untuk menuai masa depan nan lebih indah," ujarnya. Ia juga mengakui, pengalaman yang didapat itu belum seberapa dibanding para alumni lain yang sempat ikut program yang sama yang saat ini tergabung dalam Purna Cakra Muda Indonesia (PCMI) dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Untuk itu, ia mengajak serta sedikit menantang para pemuda berbakat, khususnya di Sumatera Barat untuk dapat bergabung dalam mengambil kesempatan itu. Tidak pun ikut AIEP di Australia, masih banyak program pertukaran pemuda antar negara lainnya yang dapat diikuti, seperti ke Malaisia (PPIM), Kanada (PPIK), Korea (PPIK), Cina (PPIC) dan Kapal Asean-Jepang. Syaratnya tidak rumit kok!. Hanya saja harus bisa bahasa Internasional (Inggris) serta memiliki wawasan luas, keterampilan kesenian dan menguasai berbagai disiplin ilmu. Terpenting lagi, pemuda yang ingin mengambil kesempatan ini tidak terlibat dalam tindakan kriminalitas dan jauh dari Narkoba. "Silahkan tanya mengenai informasi ini ke dinas pemuda masing-masing. Barangkali itu akan lebih jelas," ujarnya. (zik/jno)