Hasyim Muzadi : Narkoba Lebih Berbahaya dari Teroris

id Hasyim Muzadi : Narkoba Lebih Berbahaya dari Teroris

Hasyim Muzadi : Narkoba Lebih Berbahaya dari Teroris

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi. (Antara)

Banjarmasin, (Antara) - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi kembali mengingatkan bahwa narkoba lebih berbahaya dari pada teroris. "Karena itu, saya sependapat kalau pengedar narkoba tersebut mendapat hukuman mati," tandas Hasyim Muzadi di sela-sela Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan, di Banjarmasin, Kamis. Sebab, menurut salah seorang Rois Suriah Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Ulama (NU) itu, narkoba bisa menghancurkan generasi bangsa secara keseluruhan. Sedangkan teroris, korbannya orang-orang atau kelompok tertentu saja, sebagaimana terlihat di Indonesia selama ini. "Namun kedua-duanya (narkoba dan teroris) sama-sama harus kita waspadai," lanjutnya dalam sarasehan dengan topik "Keagamaan, Keumatan dan Kebangsaan" di Swiss-Bill Hotel Borneo Banjarmasin. Karena, lanjutnya, selain tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur serta budaya bangsa Indonesia, narkoba dan teroris itu terlarang atau bertentangan dengan ajaran Islam serta hukum positif di Indonesia. "Oleh sebab itu, narkoba dan teroris tersebut hendaknya tak ruang di Indonesia, apalagi sampai tumbuh dan berkembang," demikian Hasyim Muzadi. Sebelumnya, Ketua Tanfiziah Pengurus Wilayah NU Kalsel H Sarbaini Haira, berharap sarasehan tersebut dapat pula menghasilkan dan menyepakati rekomendasi terkait masalah keagamaan, keumatan dan kebangsaan. Beberapa rekomendasi itu, antara lain mendorong "low inforcement" atau penguatan hukum, seperti pelaksanaan hukuman mati terhadap para pengedar narkoba. Selain itu, mendorong semangat kebangsaan, terutama di kalangan warga NU, lanjut dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin yang juga mantan wartawan tersebut. "Rencananya rekomendasi yang dihasilkan dalam sarasehan ini akan disampaikan pada Musyawarah Nasional (Munas) PBNU di Jakarta, pekan depan," demikian Sarbaini Haira. (*/jno)