Penjenih Air Teknologi Membran Jaga Kandungan Kalsium

id Penjenih Air Teknologi Membran Jaga Kandungan Kalsium

Bekasi, (Antara) - Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr I Gede Wenten mengatakan penjernih air dengan teknologi membran tidak menghilangkan kandungan kalsium dan magnesium dalam air. "Kandungan kalsium dan magnesium dalam air tetap terjaga, berbeda dengan penjernih air lainnya," ujar Wenten di sela-sela peresmian produksi massal mesin penjernih air yang menggunakan teknologi membran atau "Integrated Home Drinking Water Purifier Technology-Antibacterial Nano Particle Hollow-Fiber Membrane" di PT Yasunli Abadi Utama Plastik di Kawasan Industri MM2100 Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Kamis. Berdasarkan peraturan dari Badan Kesehatan PBB atau WHO, menyebutkan bahwa alat komersial air tidak boleh mengurangi kandungan magnesium dan kalsium dalam air. "Makanya kami bergerak cepat mencari bagaimana caranya agar penjernih air tidak menghilangkan kandungan magnesium dan kalsium di dalamnya. Solusinya dengan menggunakan teknologi membran," jelas dia. Penjernih air tersebut menggunakan teknologi terintegrasi "Antibacterial Nano Particle Hollow-Fiber Membrane". Dia menjelaskan teknologi pada penjernih air tersebut memiliki keunggulan karena mengintegrasikan lima teknologi, sehingga air minum yang dihasilkan dipastikan sehat dan layak konsumsi. "Ukuran dari alat penjernih air ini pun kecil, sehingga cocok untuk konsumsi skala rumah tangga," cetus Wenten. Air yang disaring melalui penjernih air tersebut, bebas dari bakteri-bakteri karena menggunakan teknologi membran. Membran terbuat dari polimer. Membran tersebut memiliki ukuran yang lebih kecil dari bakteri. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengatakan teknologi tersebut memang dibutuhkan masyarakat. "Presiden pada tahun lalu mengatakan, perlu ada prioritas terhadap pangan, energi, dan air," kata Menristek. Penjernih air dengan menggunakan teknologi membran, juga bisa menjadi solusi kekurangan air di Tanah Air. "Indonesia meski berada di daerah hujan tropis, tapi sebanyak 54,9 persen penduduknya tidak bisa mendapat akses air bersih. Salah satu penyebabnya adalah tidak bisa mengelola air," kata Hatta. (*/jno)